Show simple item record

dc.contributor.advisorSundawati, Leti
dc.contributor.authorAwaludin, Lucky
dc.date.accessioned2024-02-01T08:12:48Z
dc.date.available2024-02-01T08:12:48Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137216
dc.description.abstractHutan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peranan yang strategis dalam kehidupan sosioekonomi masyarakat disekitamya. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan berkurangnya lahan yang dapat digunakan untuk usaha tani, terutama pada masing-masing desa sekitar hutan. Pengurangan lahan hutan untuk usaha tani mendorong masyarakat untuk mengkonversi lahan hutan, sehingga mengancam keberadaan hutan. Dengan semakin berkurangnya hutan maka produksi kayu juga akan menurun, sedangkan kebutuhan masyarakat sendiri untuk kayu semakin meningkat. Salah satu alternatif pemecahan masalah untuk dapat menekan, mengurangi dan mengembalikan kawasan hutan ke kondisi semula perlu diadakan suatu kegiatan rehabilitasi yaitu pembangunan hutan tanaman dengan sistem agroforestry didalam kawasan yang tidak produktif terutama di pulau Jawa khususnya di lokasi penelitian Kecamatan Leksono dan di luar pulau Jawa. Untuk dapat melihat sejauh mana agroforestry telah berkembang di Kecamatan Leksono dan mencapai tingkat keberhasilan khususnya keuntungan yang diperoleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan suatu analisis untuk mengukurnya. Analisis yang sesuai untuk dipakai adalah analisis proyek berbasis finansial. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2006 dengan sasaran para petani penggarap agroforestry di Kecamatan Leksono. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder dari sasaran penelitian dengan total responden 60 orang, pola kemitraan sebanyak 30 responden, pola bukan kemitraan 30 responden. Data dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui kelayakan usaha agroforestry yang dikembangkan di Kecamatan Leksono dengan menggunakan kriteria kelayakan usaha yaitu BCR, NPV dan IRR. Selain itu, dapat diketahui pula kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga petani. Pola tanam yang dilakukan oleh petani adalah berdasarkan kebiasaan dan keberhasilan petani lainnya. Berdasarkan pola tanam, pola yang paling banyak dilakukan pada pola bukan kemitraan adalah jenis tanaman sengon sebagai tanaman utamanya dan tanaman salak sebagai tanaman tumpangsarinya, adapun tanaman tumpangsarinya salak dan kopi. Sedangkan untuk pola kemitraan pola tanam yang paling banyak dilakukan adalah tanaman pinus sebagai tanaman utama dan tanaman salak sebagai tanaman tumpangsarinya. Sistem pengelolaan hutan rakyat meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut, yaitu penyediaan bibit, persiapan lahan, penanaman dan pemupukan, pemeliharaan, pemanenan, pemasaran dan perlindungan hutan. Usaha agroforestry yang dikembangan di Kecamatan Leksono meliputi 2 pola agroforestry. Pola agroforestry dibedakan dari kondisi hutan. Pola kemitraan, petani bekerjasama dengan Perhutani (mitra) dengan kondisi hutan didominasi tanaman pinus. Untuk pola bukan kemitraan, petani tidak bekerjasama dengan Perhutani (mitra) dengan kondisi hutan didominasi tanaman sengon. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcUsaha Agroforestryid
dc.subject.ddcPendapatan petaniid
dc.subject.ddcJawa Tengahid
dc.subject.ddcWonosoboid
dc.titlePengaruh sistem pengelolaan terhadap kelayakan usaha agroforestry dan pendapatan petani : kasus di Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengahid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record