Survei Tata Laksana Anestesi Oleh Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Di Provinsi DKI Jakarta Dan Jawa Barat
Abstract
Anestesi merupakan salah satu aspek penting dalam dunia kedokteran
hewan, digunakan untuk restrain, diagnostik, dan prosedur operasi. Manajemen
anestesi yang lebih aman dan monitoring yang lebih baik pada hewan kecil dapat
dilakukan karena kemajuan teknologi. Pertimbangan ekonomi biasanya tidak
terlalu penting bagi pemilik hewan kecil, oleh karena itu praktik modern mampu
meningkatkan manajemen anestesi yang lebih baik, sebanding dengan yang
digunakan pada manusia.
Anestesi mencakup empat fase yaitu: praanestesi/pramedikasi, induksi,
pemeliharaan/maintenance, dan pemulihan/recovery. Kurikulum pendidikan
kedokteran hewan di Indonesia mengenai anestesiologi perlu ditingkatkan secara
mendalam. Keterbatasan peralatan dan agen anestesi juga masih menjadi masalah
utama dalam praktik, sehingga pilihan yang dapat digunakan oleh dokter hewan
praktisi di Indonesia bergantung dengan ketersediaan alat. Akan tetapi,
rekomendasi menyarankan penggunaan peralatan dan monitoring yang lebih baik
terkait anestesi.
Beberapa pedoman mengenai rekomendasi pemeriksaan praanestesi,
monitoring anestesi, dan analgesia telah diterbitkan. Pedoman ini bertujuan untuk
meningkatkan keamanan dan menurunkan risiko kematian pada pasien terkait
anestesi. Oleh karena itu, praktik anestesi yang tepat menggunakan pengetahuan
dan peralatan terkini sangat penting dalam praktik veteriner.
Beberapa studi tata laksana anestesi pada hewan kecil telah dilaksanakan di
beberapa negara. Hingga saat ini belum ada informasi tentang bagaimana anestesi
hewan kecil dipraktikkan di Indonesia. Peningkatan edukasi mengenai anestesi
pada hewan kecil merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dokter hewan praktisi mengenai manajemen dan
tata laksana anestesi, sehingga dapat menurunkan risiko kematian akibat anestesi,
serta memberikan keamanan dan kenyamanan baik pada pasien maupun dokter
hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman dan tata
laksana anestesi meliputi teknik, pilihan obat, aspek manajemen anestesi,
pemeriksaan praanestesi, analgesia, dan monitoring anestesi yang telah dilakukan
oleh dokter hewan praktisi hewan kecil di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Penelitian dilakukan di klinik hewan di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa
Barat, pada tanggal 10 Mei hingga 10 Agustus 2023. Studi ini ditujukan pada
dokter hewan praktisi di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Data dokter hewan
praktisi di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat diperoleh dari Perhimpunan
Dokter Hewan Indonesia dengan jumlah populasi sebanyak 1049 orang. Metode
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah probability
sampling yaitu dengan metode simple random sampling. Penentuan jumlah
responden pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Pada batas kesalahan
5,4%, sebanyak 260 sampel digunakan dalam studi ini.
Metodologi penelitian ini menggunakan survei berupa pengisian kuisioner
yang terdiri atas 62 pertanyaan berupa pilihan ganda dan skala Likert yang dibagi
menjadi 4 kategori; selalu (>70%), sering (40-70%), jarang (<30%), dan tidak
pernah. Klasifikasi pertanyaan berupa identitas responden, pertanyaan umum
terkait anestesi, prosedur anestesi, agen anestetikum, anestesi inhalasi, dan topik
pendidikan berkelanjutan terkait anestesi. Survei hanya dapat diisi satu kali oleh
tiap responden (tidak dapat dilakukan berulang). Kriteria responden adalah semua
dokter hewan praktisi di klinik hewan. Informasi responden berisi nama dokter
hewan, jenis kelamin, tahun kelulusan, dan pengalaman kerja di klinik.
Kuesioner diberikan pada 10 Mei hingga 10 Agustus 2023, dan pengingat
melalui email dikirim pada 20 Juli 2023. Responden diundang untuk
berpartisipasi secara sukarela melalui media sosial, email dan kunjungan
langsung. Kuesioner dapat diisi oleh semua dokter hewan praktisi yang praktik di
setiap klinik hewan. Tidak ada pembatasan jumlah responden yang dapat mengisi
kuesioner di setiap klinik hewan.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan. Hasil uji
menunjukkan semua pertanyaan terbukti valid dan reliabel. Selanjutnya, respons
survei dipindahkan ke aplikasi Microsoft Excel. Tanggapan untuk setiap
pertanyaan dikumpulkan dan dilaporkan sebagai bilangan bulat dan persentase
dari jumlah total responden untuk setiap pertanyaan. Jawaban teks bebas untuk
pertanyaan ditafsirkan, dan kemudian diringkas. Analisis data yang dilakukan
adalah uji deskriptif dari tanggapan oleh setiap responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden melakukan ≤5
kasus anestesi per minggu pada anjing (76,9%) dan kucing (36,2%). Pemeriksaan
fisik praanestesi dilakukan oleh >96% responden. Pemeriksaan sel darah dan
biokimia darah pada pasien hewan tua juga dilakukan >70% responden.
Pramedikasi selalu diberikan pada anjing (66,2%) dan kucing (63,5%).
Pemasangan iv catheter selalu diberikan pada 41,2% anjing dan sering pada
38,5% kucing. Sebagian responden (>47%) tidak menggunakan intubasi
endotrakeal. Atropin menjadi agen pramedikasi yang banyak digunakan (>88%).
Agen induksi yang banyak digunakan adalah ketamin (>34%), sedangkan agen
maintenance adalah isofluran (43,5%) pada anjing dan ketamin (37,3%) pada
kucing. Meloxicam (>57%) menjadi analgetikum yang banyak digunakan.
Sebagian responden (>50%) belum menggunakan breathing system dan vaporizer
sebagai bagian dari mesin anestesi. Alat monitoring anestesi yang banyak
digunakan adalah termometer (89,6%) dan pulse oksimeter (38,8%). Topik
pendidikan berkelanjutan yang dipilih oleh responden diantaranya adalah
monitoring anestesi (28,1%), cardiopulmonary resuscitation (25,8%), dan
manajemen rasa nyeri (18,1%). Responden dinilai sudah mengikuti tata laksana
anestesi sesuai dengan rekomendasi, akan tetapi perlu dilakukan peningkatan
edukasi melalui pendidikan berkelanjutan mengenai anestesi.
Collections
- MT - Veterinary Science [968]
