Show simple item record

dc.contributor.advisorHadi, Yusuf Hadi
dc.contributor.advisorParibotro S.
dc.contributor.authorDiso, Maret Tini
dc.date.accessioned2024-02-01T02:24:15Z
dc.date.available2024-02-01T02:24:15Z
dc.date.issued1990
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137060
dc.description.abstractIndustri kayu lapis di Indonesia mulai berkembang tahun 1973, dan perkembangannya, cukup berarti. industri kayu lapis, salah satu faktor yang besar terhadap biaya produksi sejak Dalam mempunyai bagian cukup adalah biaya perekat, yaitu 20 persen dari biaya produksi (Sipayung, 1989; Marawayan, 1987). Hal ini disebabkan bahan baku perekat sintetis masih menggunakan bahan minyak bumi yang diolah secara kimia. Berbagai upaya digalakkan untuk mencari bahan perekat eksterior alternatif, antaranya dari tanin yang dapat diambil dari kulit kayu (widarmana, 1987). Penelitian dilakukan dengan. 101 tujuan mengetahui kualitas perekat ekstrak kulit kayu Acacia auriculiformis A. Cunn yang ditingkatkan kemurniannya terhadap keteguhan rekat kayu lapis, serta mencari pH optiumum untuk ini. adalah Standar perekat keteguhan rekat eksterior yang digunakan Standar Industri Indonesia 0404-1980 dan Standar Jerman (DIN 68705). Rancangan yang digunakan adalah RAL dengan percobaan 3 untuk menganalisis sifat fisik dan mekanik kayu Faktor A (pemurnian tanin) terdiri dari tanin yang (tanin X lapis. tidak dimurnikan (tanin 1), pemurnian secara kimia 2) dan pemurnian dengan perendaman dalam air dingin (tanın 3). Faktor B (kadar NaOH) terdiri dari pH 5,0 (0,5%), pH 5,5 (1,0%) dan pH 6,0 (1,5 %). Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara kadar NaOH (X) dengan keteguhan rekat (Y) digunakan analisis Polinomial Ortogonal. Dari analisis terhadap sifat kimia tanin menunjukkan bahwa : kadar ekstrak dari kulit kayu yang direndam dalam air dingin lebih kecil dibandingkan dengan kadar ekstrak dari kulit yang tidak direndam. Besar kadar ekstrak masing-masing adalah 26,25 persen dan 28.63 persen. Hal ini menunjukkan adanya zat ekstraktif yang larut dalam air dingin, seperti karbohidrat, garam, pektan, zat warna lain-lain (koch, 1972). Dari hasil analisis kadar dan tanin menunjukkan bahwa pemurnian dengan cara perendaman kulit kayu dalam air dingin dan pemurnian kimia dalam penelitian ini ternyata 44,88 persen; untuk tidak efisien. Besar kadar tanin adalah 5,34 persen; 41,74 persent masing-masing tanin yang tidak dimurnikan (tanin 1); pemurnian kimia (tanin 2) dan pemurnian dengan perendaman air dingin (tanin 3)…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcPengaruh derajat keasaman (pH) perekat ekstrak kulit kayu Acacia auriculiformis A. Cunn yang ditingkatkan kemurniannya terhadap keteguhan rekat kayu lapisid
dc.titlePengaruh derajat keasaman (pH) perekat ekstrak kulit kayu Acacia auriculiformis A. Cunn yang ditingkatkan kemurniannya terhadap keteguhan rekat kayu lapisid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record