Asesmen aspek kesehatan pohon pada studi arborikultur koleksi terancam punah di Kebun Raya Cibodas

Abstract

Kebun raya memiliki tanggung jawab untuk melakukan dan mengelola kegiatan konservasi tumbuhan ex situ jenis terancam punah di tingkat nasional dan berkontribusi dalam meminimalkan risiko dan dampak dari kepunahan tumbuhan. Koleksi yang dimiliki tentunya memiliki nilai konservasi tinggi dan menjadi aset berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. Koleksi ini merupakan materi hayati untuk melakukan kegiatan pemulihan spesies dan restorasi habitat. Pengelolaan koleksi berbasis kesehatan pohon diperlukan agar keberadaan jenis pohon terancam punah di kebun raya dapat dimaksimalkan keberadaannya sebagai koleksi ex situ sehingga dapat dilestarikan. Kajian penilaian kondisi kesehatan pohon koleksi kebun raya telah dilakukan secara parsial, melalui pendekatan penilaian visual, atau menggunakan pengujian dengan teknologi sonic tomograph. Untuk memastikan kondisi kesehatan koleksi pohon Kebun Raya Cibodas (KRC) yang terancam punah dan menyempurnakan metode yang sudah digunakan agar lebih mendalam dan komprehensif, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kesehatan pohon di KRC dengan mengintegrasikan kedua metode yang sudah digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1). mengevaluasi kondisi kesehatan pohon terancam punah di KRC berdasarkan data kondisi morfologi pohon, analisis risiko visual dan penggunaan teknologi sonic tomograph; 2). menganalisis potensi risiko kegagalan pohon koleksi terancam punah KRC berdasarkan integrasi data risiko visual dan teknologi sonic tomograph; 3). menyusun rekomendasi pengelolaan konservasi koleksi pohon terancam punah KRC berdasarkan evaluasi parameter kesehatan pohon dan analisis risiko kesehatan pohon koleksi terancam punah KRC. Penelitian dilaksanakan di Kebun Raya Cibodas (KRC) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) (107°00'12" – 107°00'59" BT dan 6°44'07" – 6°44'52" LS), Cianjur, Jawa Barat. KRC memiliki luas area 84,99 ha dan berada pada ketinggian 1300–1425 m di atas permukaan laut (dpl.). Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September 2022 hingga Februari 2023. Metode penelitian menggunakan purposive sampling untuk mengambil data kesehatan pohon berdasarkan koleksi pohon KRC yang berstatus terancam punah berdasarkan status konservasi sesuai red list IUCN. Penilaian risiko pohon dilakukan dengan pendekatan visual pohon menggunakan analisis kesehatan individu pohon berbasis variabel - variabel yang digunakan International Society of Arboriculture (ISA) dan Forest Health Monitoring (FHM) dengan mendeskripsikan kondisi visual pohon. Penilaian kesehatan pohon dengan indikator vitalitas dengan mengukur kerusakan pohon. Pengujian kesehatan internal pohon juga akan dilakukan menggunakan alat sonic tomograph yaitu Fakopp Arborsonic 3D Acoustic Tomograph. Data karakteristik morfologi digunakan untuk mengetahui dinamika bentuk dan perilaku pohon dengan cara mengukur karakteristik morfologi pohon seperti batang, tajuk dan arsitektur pohon. Specific leaf area (SLA) digunakan untuk memperkirakan strategi reproduksi tanaman. SLA adalah rasio yang menunjukkan berapa banyak luas daun yang dibangun tanaman dengan jumlah biomassa daun tertentu, merupakan salah satu komponen dalam analisis pertumbuhan tanaman dan secara matematis berskala positif dan linier dengan laju pertumbuhan relatif suatu tanaman. Analisis data pada penelitian ini menggunakan transformasi nilai dan pembobotan lokasi, tipe, dan keparahan kerusakan pohon yang kemudian diformulasi menjadi Nilai Indeks Kerusakan (NIK). Risiko kegagalan pohon didasarkan pada integrasi hasil analisis morfometrik, visual tree assessment, dan pengujian dengan teknologi sonic tomograph. Analisis risiko kesehatan pohon terancam punah dilakukan setelah penilaian akhir kesehatan pohon merujuk evaluasi teknis kondisi pohon. Studi ini menunjukkan bahwa specific leaf area (SLA) dan rasio tajuk hidup (LCR), sampai batas tertentu, dapat membedakan antara spesies pohon terancam native dan eksotik di KRC. Spesies pohon terancam punah native cenderung menunjukkan nilai SLA yang lebih besar, sedangkan spesies pohon terancam punah eksotik cenderung menunjukkan nilai SLA yang lebih kecil. Selain itu, jenis pohon terancam punah eksotik di KRC umumnya memiliki nilai LCR yang lebih besar dibandingkan dengan jenis pohon terancam punah native. Hasil menunjukkan bahwa SLA merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi naturalisasi pohon eksotik di ekosistem hutan tropis, yang dibuktikan dengan korelasi positif dengan diameter tajuk rata-rata (DCR) dan proyeksi horizontal tajuk (PCR). Sebaliknya kelangsingan pohon berkorelasi negatif dengan DCR dan PCR. Terdapat 32 individu pohon koleksi Kebun Raya Cibodas yang masuk dalam kategori pohon terancam punah. Penilaian berdasarkan visual tree risk assessment pohon terancam punah di Kebun Raya Cibodas memiliki status kesehatan pohon kategori sehat 20 pohon (34.48%), kelas kerusakan ringan 19 pohon (32,75%), kelas kerusakan sedang 7 pohon (12.07%) dan kerusakan berat 12 pohon (20.68%). Kondisi batang utama pada sampel berdasarkan pengujian dengan teknologi sonic tomograph (60 cm dan 120 cm) terdapat masing-masing 1 pohon yang beresiko tinggi yaitu pohon Castanopsis argentea (Blume) A.DC. Begitu pun dengan hasil integrasi data terdapat 1 pohon yang sangat berbahaya. Terakhir, karena nilai SLA yang relatif rendah yang diamati pada spesies pohon eksotik KRC yang terancam punah, risiko invasi dan potensi dampak spesies ini pada koleksi relatif rendah. Diameter (D) berkorelasi positif terhadap kerusakan, sedangkan kelangsingan (S) berkorelasi negatif terhadap kerusakan dan tidak ada kecenderungan mana yang lebih rusak antara pohon terancam punah baik dari yang eksotik maupun native. Pohon koleksi terancam punah eksotik untuk menjadi tanaman lebih rusak memiliki kemungkinan yang kecil, sehingga pengelolaannya tidak terlalu krusial untuk manajemen konservasi.

Botanical gardens have a responsibility to conduct and manage ex-situ plant conservation activities for endangered plant species at the national level. Botanical gardens also expected to contribute on minimizing the risk and impact of plant species extinction. Botanical gardens contained many important palnt and tree collections that are having high conservation value and are valuable assets that must be maintained and preserved. This botanical garden plant and tree collection is important biological material for carrying out species recovery and habitat restoration activities. Tree health-based collection management is needed so that the existence of endangered tree species in botanical gardens can be maximized and preserved as long as possible as an ex-situ collection. Studies that assessing the health condition of trees in botanical garden collections have been carried out partially, using a visual assessment approach, or using testing with sonic tomograph technology. To ensure the health condition of the Cibodas Botanical Gardens (CBG) tree collection which is threatened and to improve the tree health assessment method, it is necessary to carry out further research on the health of trees in the CBG by integrating the two methods that have been used (visual and sonic tomograph). The aim of this research is are: 1). to evaluat the health condition of threatened trees in CBG based on morphometric data, visual risk analysis, and the use of sonic tomograph technology; 2). to analyz the potential risk of failure of CBG's threatened collection based on the integration of visual risk data and sonic tomograph technology; 3). provide recommendations for conservation management of the CBG endangered tree collections based on tree health evaluatios parameters and analysis of the CBG endangered tree collection health risks. The research was carried out at the Cibodas Botanical Gardens (CBG) - National Research and Innovation Agency (BRIN) (107°00'12" – 107°00'59" East Longitude and 6°44'07" – 6°44'52" South Latitude), Cianjur, West Java. CBG has an area of 84.99 ha and is located at 1300–1425 m above sea level (asl.). Data collection was carried out from September 2022 to February 2023. The research method in tis study was using purposive sampling to collect tree health data based on the CBG tree collection, which is threatened (Vulnerable, Endangered, and Critically Endangered) based on the conservation status of the IUCN red list. Tree risk assessment is carried out using a tree visual approach using individual tree health analysis based on variables used by the International Society of Arboriculture (ISA) and Forest Health Monitoring (FHM) by describing the visual condition of the tree. Internal tree health testing was also carried out using a sonic tomograph, namely the Fakopp Arborsonic 3D Acoustic Tomograph. Morphometric data is collected and were used to determine the dynamics of the tree shape and behavior by measuring tree morphological characteristics such as trunk, crown, and tree architecture. Specific leaf area (SLA) was used to predict the growth and life strategy of a particular plant based on light and humidity levels among other factors. SLA is a ratio that shows how much leaf area of a plant has built with a certain amount of leaf biomass. SLA is one of the components in plant growth analysis and stated as positively correlated with the relative growth rate of a plant. Tree helath risk assessment in this research used value transformation and weighting of the location, type, and severity of tree damage which is then formulated into a Damage Index value (DI). The risk of tree failure is categorized based on the integration of the results of morphometric analysis, visual tree assessment, and testing with sonic tomograph technology. The health risk analysis of endangered trees is carried out after a final assessment of tree health referring to a technical evaluation of the tree's condition. This study shows that specific leaf area (SLA) and live canopy ratio (LCR), to some extent, can differentiate between native and exotic threatened tree species in CBG. Native threatened tree species tend to show larger SLA values, while exotic threatened tree species tend to show smaller SLA values. In addition, exotic endangered tree species in CBG were generally have larger LCR values relative to native threatened tree species. The results showed that SLA is a significant factor that in dicate the naturalization capacity of exotic trees in tropical forest ecosystems, as evidenced by a positive correlation of SLA with mean crown diameter (DCR) and horizontal projection of the crown (PCR). On the other hand, tree slenderness (S) is negatively correlated with DCR and PCR. Based on the visual tree health risk assessment conducted on all samples, the tree health status based on the defined categories are : 20 trees (34.48%) with healthy condition, 19 trees (32.75%) with light damage class, 7 trees (12.07%) and heavy damage class. 12 trees (20.68%). Based on the testing with sonic tomograph technology (60 cm and 120 cm) there are 1 tree for each height meansurement that was having high risk, namely Castanopsis argentea (Blume) A.DC. Likewise, atfer data integration of visual assessment and sonic tomograph assessment, there is 1 tree that categorized as very dangerous. Lastly, due to the relatively low SLA values observed from the exotic tree species samples, the risk of invasion and potential impact of these species is relatively low. Diameter (D) is positively correlated with damage, while slenderness (S) is negatively correlated with damage and there is no tendency as to which is more damaged between exotic threatened trees native threatened trees of CBG collection. Therefore, the invasive species risk management of threatened exotic collection trees were not very crucial for conservation management in CBD in general.