| dc.description.abstract | Hutan rawa Rantau Rasau mulai dikembangkan menjadi lahan sawah pasang surut untuk para transmigran yang berasal dari Jawa melalui proyek pembukaan persawahan pasang surut (P4S). Pada awal pembukaan persawahan yang berada pada daerah gambut < 2 meter sangat sukses. Akan tetapi, oleh karena tidak tepatnya konsep pengembangan yang dipilih dan juga faktor alam seperti iklim menyebabkan daerah ini menjadi daerah mala-kembang (Mal- developed area). Saat ini di daerah tersebut telah terjadi banyak kemunduran yaitu penurunan muka air saluran yang menyebabkan banyak daerah persawahan berubah menjadi sawah tadah hujan; air berubah menjadi masam dan terjadi penurunan tingkat produksi pertanian; dan banyak lahan yang ditinggalkan.
Tahapan perbaikan lahan mala-kembang yang terarah memerlukan data distribusi spasial penggunaan lahan untuk kemudian dihubungkan dengan karakteristik lahan. Berdasarkan data ini dapat diketahui kondisi pertanian aktual dari daerah ini serta kemudian dipikirkan cara-cara perbaikannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3434 hektar areal yang dipelajari ditemukan persawahan padi pasang surut yang berproduksi kurang dari 2 ton seluas 285 hektar (8.3%), sawah tadah hujan yang berproduksi kurang dari 1 ton seluas 552 hektar (16.1%), semak belukar seluas 1520 hektar (44.1%), karet yang ditanam tidak teratur dengan produksi 50 kg/ha/bulan seluas 436 hektar (12.7%), dan kelapa yang peroduksinya hanya 3-6 butir per tangkai seluas 353 hektar (10.3%). Berdasarkan data tersebut terlihat ada hubungan yang sangat jelas antara pola penggunaan lahan dengan kondisi lahan pada saat sekarang ini. | id |