dc.description.abstract | Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat deforestasi dan produksi kelapa sawit tertinggi di Indonesia. Perubahan tersebut berdampak pada fungsi ekologis seperti hilangnya satwa liar, fungsi penyerapan air, dan menurunnya stok karbon. Penanaman polikultur di lahan Areal Penggunaan Lain (APL) menjadi salah satu solusi dari meningkatnya deforestasi. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model estimasi stok karbon di dua penggunaan lahan dengan mengombinasikan indeks vegetasi citra SPOT-7 dan data lapangan serta membuat pola sebaran spasial estimasi stok karbon di wilayah penelitian.
Pengambilan sampel lapangan dilakukan dengan metode purposive sampling dan systematic sampling with random start sebanyak 45 plot terdiri dari sampel tanah, serasah, tumbuhan bawah, dan tegakan atas permukaan tanah. Indeks vegetasi yang digunakan dari citra SPOT-7 terdiri dari indeks DVI, GNDVI, IPVI, NDVI, SAVI, dan SRVI. Hubungan antara data lapangan dengan indeks vegetasi dari tiap plot digunakan untuk mendapatkan model estimasi stok karbon, dianalisis dengan pendekatan model linear dan non-linear. Pemilihan model terbaik dilihat dari parameter simpangan baku (S), koefisien determinasi (R2), F-hitung dan p-value. Hasil dari model terpilih kemudian dijadikan basis dalam pembuatan pola sebaran spasial estimasi stok karbon dari tiap kelas di wilayah penelitian.
Hasil model regresi yang didapatkan yaitu dengan persamaan polinomial kubik untuk mengestimasi total BGC + AGC di lahan sawit sengon yang memiliki R2 sebesar 36,44%. Model tersebut menghasilkan klasifikasi estimasi stok karbon dengan tiga kelas, yaitu kelas rendah (939,91–6784,31 ton/ha), moderat (6784,32–7986,59 ton/ha), dan tinggi (7986,60–9456,04 ton/ha). Pola sebaran spasial estimasi stok karbon dari ketiga kelas memiliki sebaran clustered (mengelompok), yaitu memiliki nilai NNI lebih kecil dari satu. Pola clustered dapat terjadi karena petani cenderung menanam tanaman kelapa sawit dan sengon dengan akses jalan yang mudah dijangkau untuk perawatan lahan maupun pemanenan hasil lahan. | id |