Biosensor elektrokimia berbasis biofilm konsorsium bakteri untuk pengukuran senyawa polifenol antioksidan
View/ Open
Date
2024Author
Sukma, Rani Melati
Pradono, Dyah Iswantini
Nurhidayat, Novik
Rafi, Mohamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Antioksidan sangat penting bagi tubuh untuk menghambat radikal bebas yang memicu stres oksidatif. Polifenol merupakan senyawa antioksidan yang dapat ditemukan pada tumbuhan. Salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk mendeteksi polifenol sebagai antioksidan adalah biosensor. Penelitian ini bertujuan mengembangkan biosensor antioksidan menggunakan biofilm konsorsium bakteri dan menentukan kapasitas antioksidan pada sampel serta membandingkan hasilnya dengan metode rujukan. Tahapan penelitian ini meliputi, pemilihan bakteri penghasil enzim tirosinase dan lakase sebagai bioreseptor, penapisan enzim lakase dan tirosinase, pengujian fisiologis bakteri, pembuatan dan optimasi biofilm konsorsium, karakterisasi permukaan elektrode, evaluasi kinerja analitik, serta penentuan kapasitas antioksidan menggunakan biosensor dan metode DPPH.
Berdasarkan kultur bakteri terpilih dua kandidat bakteri penghasil enzim, yaitu 5 isolat bakteri Bacillus megaterium dan 7 isolat Pseudomonas. Bakteri yang menghasilkan enzim tirosinase berdasarkan hasil penapisan, yaitu B. megaterium 23 ditandai dengan terbentuknya zona bening dan perubahan warna coklat pada media, sedangkan bakteri yang dapat menghasilkan enzim lakase, yaitu Pseudomonas fluorescens P4, P5, dan P7 yang ditandai dengan perubahan warna pada media menjadi kecoklatan. Uji fisiologis menunjukkan bahwa bakteri B. megaterium bersifat Gram positif dan bakteri Pseudomonas bersifat Gram negatif. Hasil uji pewarnaan Gram, katalase, oksidase, tirosinase dan lakase, kode isolat bakteri yang dipilih, yaitu B. megaterium 23 dan P. fluorescens (P4, P5, P7). Pembuatan biofilm konsorsium diimobilisasi pada permukaan screen printed carbon electrode (SPCE). Biofilm konsorsium dipilih berdasarkan respon arus tertinggi yang dievaluasi secara elektrokimia dengan teknik analisis voltametri siklik. Hasil arus tertinggi diperoleh dari biofilm konsorsium B. megaterium 23 dan P. fluorescens P7 yang dicampurkan dalam mikrotube rasio (1:1) dengan nilai arus sebesar 0.167 mA. Pengukuran tersebut dilakukan pada kondisi optimum, yaitu larutan penyangga fosfat pH 7 dan pembentukan biofilm hari ke-7.
Kinerja analitik biosensor dievaluasi pada rentang konsentrasi 10-300 µM, menghasilkan persamaan regresi y = 0,0393x + 1,9271 dengan R2 = 0,992. Nilai LOD dan LOQ masing-masing sebesar 0,5 µM dan 10 µM. Selektivitas dan keterulangan biosensor menunjukkan% RSD <5. Biosensor menunjukkan respon yang stabil hingga minggu ke-10. Biosensor ini digunakan untuk mengukur kapasitas antioksidan pada lima ekstrak dan hasilnya dibandingkan dengan metode DPPH. Kapasitas antioksidan yang diperoleh pada kedua metode berbeda secara signifikan (p<0,05). Namun, nilai kapasitas antioksidan dari lima ekstrak yang diukur dengan kedua metode menunjukkan tren yang sama. Kapasitas antioksidan tertinggi yaitu ekstrak jambu biji dan yang terendah ekstrak tempuyung. Sehingga, metode biosensor ini dapat dijadikan alternatif dalam pengukuran kapasitas antioksidan.