Show simple item record

dc.contributor.advisorHendrayanto
dc.contributor.authorLufifah, Saskia
dc.date.accessioned2024-01-24T03:01:42Z
dc.date.available2024-01-24T03:01:42Z
dc.date.issued2024-01-23
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135813
dc.description.abstractMaraknya perubahan tata guna lahan di Kota Manado disebabkan oleh adanya pembangunan kota mengakibatkan kerusakan pada daerah aliran sungai. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas resapan air hujan ke dalam tanah. Selain itu, kota ini dilintasi oleh 6 sungai sehingga sering mengalami bencana banjir akibat penumpukan sampah yang menyebabkan luapan air selama periode curah hujan lebat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara perubahan iklim dan perubahan penggunaan lahan berkaitan dengan kejadian banjir yang terjadi di DAS-Kota Manado. Penelitian ini menggunakan data perubahan iklim, perubahan lahan, dan kejadian banjir yang diunduh dari situs data online BMKG, KLHK, dan BNBP pada rentang waktu tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan lahan budidaya pada 1990-2022 meningkat sebanyak 86% dan lahan terbangun meningkat sebanyak 91%. Sementara itu, terjadi peningkatan curah hujan rata-rata di wilayah DAS Kota Manado dan St. Sam Ratulangi. Pada tahun 2019, curah hujan rata-rata mencapai 1545.4 mm/th dan 1,873.8 mm/th yang meningkat menjadi 3613.6 mm/th dan 4,250.5 mm/th pada tahun 2023. Dampak dari perubahan lahan dan perubahan iklim yaitu terjadi 10 banjir kurun waktu 2019–2022 dengan dampak terparah terjadi pada 2021 yang melanda 39 desa.id
dc.description.abstractThe rise of land use change in Manado City due to urban development has damaged the watershed. This has reduced the capacity of rainwater infiltration into the ground. In addition, the city is crossed by six rivers, so it often experiences flood disasters due to the accumulation of garbage that causes water overflow during periods of heavy rainfall. Therefore, this study aims to analyze the relationship between climate change and land use change in flood events occurring in the Manado City watershed. This study uses data on climate change, land use change, and flood events downloaded from the BMKG, KLHK and BNBP online data sites at a specific period. The results showed that cultivated land use in 1990-2022 increased by 86%, and built-up land increased by 91%. Meanwhile, there was an increase in average rainfall in the watershed areas of Manado City and St. Sam Ratulangi. In 2019, the average rainfall reached 1545.4 mm/yr and 1,873.8 mm/yr, which increased to 3613.6 mm/yr and 4,250.5 mm/yr in 2023. The impact of land change and climate change is that there were ten floods in 2019-2022, with the worst impact occurring in 2021, which hit 39 villages.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerubahan Iklim, Penggunaan Lahan, dan Banjir di DAS-Kota Manadoid
dc.title.alternativeClimate Change, Land Use, and Floods in DAS-Manado Cityid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordperubahan iklimid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid
dc.subject.keywordbanjirid
dc.subject.keywordCHIRPSid
dc.subject.keywordclimate changeid
dc.subject.keywordland useid
dc.subject.keywordfloodid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record