Analisis karakteristik agroklimat daerah pusat produksi kapas di Indonesia
View/ Open
Date
1998Author
Pujiwati, Dwi
Boer, Rizaldi
Nasir, Abujamin A.
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat-sifat iklim dominan yang menentukan tingkat produktivitas kapas di daerah-dacralı pusat produksi kapas di Indonesia guna memperoleh wilayah-wilayah lain yang berpotensi untuk pengembangan kapas, serta untuk mengungkapkan unsur- unsur iklim terutama curah hujan yang mempengaruhi produksi kapas.
Penelitian ini mengambil daerah-daerah pusat produksi kapas (Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur) sebagai studi kasus dengan menggunakan data sekunder yaitu data produksi, curah hujan dan suhu bulanan, serta data tanah dan retensi haranya.
Dalam pengelompokan wilayah produksi kapas, klasifikasi iklim dilakukan dengan menggunakan analisis kluster dengan terlebih dahulu melakukan analisis komponen utama terhadap masing-masing data iklim. Hasil klasifikasi kemudian digabung dengan data tanah untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kapas berdasarkan kriteria kesesuaian yang disusun dengan memperhatikan keadaan lingkungan yang dibutuhkan tanaman kapas.
Hasil pengelompokan menunjukkan bahwa daerah Grobongan dan Pati mempunyai
produktivitas rata-rata tertinggi, dengan semakin ke arah tinur Indonesia, produktivitas rata-rata semakin rendah karena keadaan iklim semakin ke timur semakin kering dan adanya curah hujan yang tinggi pada saat panen yang merusak serat-serat kapas yang telah terbentuk. Wilayah dengan produktivitas tertinggi terdapat di daerah dengan curah hujan selama pertumbuhan (± 4 bulan) tidak lebih dari 1200 mm dengan 6 bulan basah dan 4 bulan kering serta curah hujan pada saat panen tidak lebih dari 80.5 mm sedangkan wilayah dengan produktivitas terendah terdapat pada daerah dengan curah hujan selama pertumbuhan 936 mm dengan 4 bulan basah dan 6 bulan kering serta curah hujan pada saat panen lebih dari 172 mm. Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu tidak menjadi kendala bagi pengembangan kapas di Indonesia karena suhu relatif konstan sedangkan curah hujan bervariasi dari bulan ke bulan selama pertumbuhan.
Keberhasilan tanaman kapas tidak terlepas dari faktor tanah, meskipun faktor curah hujan lebih berpengaruh. Tekstur tanah berpengaruh terhadap ketersediaan air dan daya tembus akar. Pembuatan model produksi dilakukan dengan memasukkan faktor iklim dan tanah dengan model sebagai berikut:
Y=1132-0.01 Ch₁+0.09 Ch₂-0.22 Clh3-75.9 pH-3.1 S-6.24 Si
Dengan: Y = produktivitas (kg/ha); Ch₁ = curah hujan bulan tanam (mm); Ch₂= curah hujan selama 3 bulan pertumbuhan (mm); Ch3 = curah hujan bulan panen (mm); pH = pH tanah; S = kandungan pasir pada tanah (%) dan Si = kandungan debu pada tanah (%).