Show simple item record

dc.contributor.advisorChikmawati, Tatik
dc.contributor.advisorRustiami, Himmah
dc.contributor.advisorMiftahudin
dc.contributor.authorDamayanto, I Putu Gede Parlida
dc.date.accessioned2024-01-22T04:59:18Z
dc.date.available2024-01-22T04:59:18Z
dc.date.issued2024-01-21
dc.identifier.citationDamayanto, I. P. G. P. 2024. Keanekaragaman Jenis Bambu (Poaceae-Bambusoideae) Kepulauan Sunda Kecil. (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.id
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135467
dc.description.abstractInformasi keanekaragaman jenis bambu di Kepulauan Sunda Kecil (KSK), yaitu Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor, dan sekitarnya, belum tersedia dengan baik karena masih adanya informasi yang simpang siur, kurang komprehensif, dan beberapa belum dimutakhirkan. Laporan terkait keberadaan beberapa jenis bambu bukan asal Indonesia di Lombok masih diragukan. Pemutakhiran data keanekaragaman jenis bambu di Sumbawa dan Timor belum pernah dilakukan. Di samping itu, adanya status takson yang tidak jelas pada jenis-jenis Gigantochloa di Bali akibat adanya variasi morfologi yang tinggi dan tidak selalu tersedianya perbungaan sebagai ciri pembeda, menambah kerumitan dalam menyediakan informasi keanekaragaman jenis bambu KSK. Penelitian ini bertujuan menyediakan informasi terkini keanekaragaman jenis bambu di KSK yang termasuk penyusunan kunci identifikasi jenis berdasarkan ciri morfologi dan menyediakan deskripsi lengkap. Secara khusus, penelitian ini bertujuan (1) memutakhirkan informasi keanekaragaman jenis bambu di Bali, Lombok, Flores, dan Sumba; (2) menyediakan informasi keanekaragaman jenis bambu di Sumbawa dan Timor; (3) mengonfirmasi keberadaan beberapa jenis bambu bukan asal Indonesia di Lombok; (4) memantapkan identitas takson jenis-jenis Gigantochloa di Bali yang meliputi batasan takson dan variasi secara morfologi, serta menyediakan informasi filogenetik jenis-jenis Gigantochloa di Bali berdasarkan urutan DNA kloroplas trnL-trnF intergenic spacer (IGS) dan DNA inti internal transcribed spacer (ITS). Pengumpulan data berupa material spesimen herbarium dan material DNA dilakukan di beberapa lokasi di KSK seperti di Pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, dan Timor menggunakan metode pengumpulan data taksonomi. Material bambu dikirim ke Herbarium Bogoriense (BO) untuk diproses lebih lanjut menjadi spesimen herbarium dan disimpan di BO. Spesimen diidentifikasi secara morfologi menggunakan acuan koleksi spesimen bambu di BO, arsip foto pindaian spesimen daring, dan literatur. Pengamatan koleksi spesimen herbarium bambu asal KSK yang tersimpan di BO, Herbarium Kebun Raya “Eka Karya” Bali (THBB), dan arsip foto pindaian spesimen daring dilakukan. Ciri morfologi bambu pada spesimen herbarium didata. Isolasi DNA genom Gigantochloa dilakukan mengikuti prosedur kit isolasi DNA. Amplifikasi PCR dilakukan menggunakan marka trnL-trnF IGS dan ITS. Produk PCR yang menunjukkan hasil elektroforesis dengan pita tunggal, terang, dan bersih kemudian disekuens. Data hasil pengamatan spesimen herbarium dianalisis secara deskriptif. Urutan DNA yang diperoleh disunting dan dianalisis dengan metode maximum parsimony (MP), pada perangkat lunak MEGA dengan nilai bootstrap 1000. Pohon filogenetik yang terbentuk kemudian dijabarkan secara deskriptif. Data daftar jenis (sinopsis) bambu KSK dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif dan disusun secara alfabetis. Pemutakhiran informasi keanekaragaman jenis bambu di beberapa pulau di KSK, seperti di Bali, Lombok, Flores, dan Sumba, telah dilakukan. Informasi keanekaragaman jenis bambu di Sumbawa, Timor, dan beberapa pulau kecil lain (Alor dan Yamdena) juga berhasil disediakan. Selama melakukan pemutakhiran dan penyediaan informasi keanekaragaman jenis bambu di KSK, permasalahan taksonomi yang ada telah diselesaikan. Salah satu jenis bambu yang dilaporkan ditemukan di Lombok ternyata bukan nama ilmiah jenis bambu. Beberapa jenis bambu bukan asal Indonesia yang dilaporkan ditemukan di Lombok tidak pernah ditemukan di KSK selama eksplorasi dan tidak ada spesimen herbarium yang tersedia, serta adanya kekeliruan dalam identifikasi. Di sisi lain, selama melakukan pengayaan informasi keanekaragaman jenis bambu di KSK melalui studi kepustakaan, dijumpai beberapa nama jenis bambu yang tidak diikutkan ke dalam daftar jenis bambu KSK pada penelitian ini. Jenis bambu yang dilaporkan tersebut tidak ditemukan selama eksplorasi, tidak ada bukti spesimen herbariumnya, kurangnya bahkan tidak tersedianya informasi deskripsi morfologi beserta foto jenisnya, identifikasi yang keliru, serta sebagian bukan nama ilmiah jenis bambu. Di sisi lain, permasalahan taksonomi jenis-jenis Gigantochloa di Bali juga telah diselesaikan. Batasan takson secara morfologi jenis-jenis Gigantochloa di Bali telah disediakan dalam sebuah sinopsis. Meskipun demikian, analisis filogenetik Gigantochloa spp. Bali menggunakan marka trnL-trnF IGS, ITS, dan gabungan kedua marka menghasilkan pohon politomi sehingga tidak dapat memisahkan aksesi Gigantochloa spp. sesuai jenisnya. Berdasarkan spesimen herbarium yang didukung oleh studi kepustakaan, sebanyak 43 jenis dari 12 marga bambu ditemukan di KSK. Bali adalah wilayah di KSK dengan jumlah jenis bambu paling banyak (37 jenis dari 9 marga), yang diikuti berturut-turut oleh Flores (16 jenis dari 9 marga), Sumbawa (13 jenis dari 6 marga), Lombok (12 jenis dari 5 marga), Timor (11 jenis dari 5 marga), Sumba (10 jenis dari 7 marga), Alor (2 jenis dari 2 marga), dan Yamdena (2 jenis dari 2 marga). Hasil penelitian masih menemukan 13 jenis dari 5 marga bambu KSK yang belum dapat diidentifikasi hingga tingkat jenis karena tidak lengkap dan rusaknya spesimen. Sebanyak 11 jenis bambu endemik di KSK, yaitu B. ooh, C. reholttumianus, C. schmutzii, Dn. kostermansiana, Dn. sepang, F. jokowii, F. rifaiana, G. aya, G. baliana, G. taluh, dan S. purpureum. Habitat jenis-jenis bambu di KSK mulai dari area kebun raya, pinggir jalan, bantaran sungai, hutan, hutan bambu, lereng, kebun atau lahan pertanian, pegunungan, perbukitan, sekitar pantai, sekitar danau, dan lembah, pada ketinggian 5–1700 m di atas permukaan laut. Bambu di KSK dijumpai tumbuh liar sebanyak 5 jenis (12%), dibudidaya 35 jenis (81%), dan dapat tumbuh liar maupun dibudidaya sebanyak 3 jenis (7%). Sekitar 81% jenis bambu di KSK telah dibudidayakan dan 65% (28 jenis) telah dimanfaatkan. Sebanyak 63% (27 jenis) bambu merupakan jenis asli KSK dan 31 jenis (72%) bambu telah memiliki nama daerah. Sebanyak 77% (33 jenis) bambu di KSK telah dikonservasi di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Berdasarkan daftar merah tumbuhan terancam IUCN, 1 jenis bambu KSK berstatus genting (EN), 6 jenis rentan (VU), dan 4 jenis hampir terancam (NT). Selain itu, 24 jenis bambu di KSK berstatus risiko rendah (LC) dan 8 jenis sisanya berstatus kekurangan data (DD).id
dc.description.sponsorshipBadan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ristekdikti and UK Natural Environment Research Council (NERC), dan Tjiasmanto Foundationid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.titleKeanekaragaman Jenis Bambu (Poaceae-Bambusoideae) Kepulauan Sunda Kecilid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordBaliid
dc.subject.keywordFilogeniid
dc.subject.keywordKepulauan Nusa Tenggaraid
dc.subject.keywordSinopsisid
dc.subject.keywordTaksonomiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record