dc.description.abstract | Culex quinquefasciatus merupakan nyamuk yang sangat merugikan bagi hewan dan manusia. Nyamuk ini dapat bertindak sebagai vektor dari berbagai. penyakit berbahaya. Pemberantasan nyamuk ini dapat dilakukan menggunakan insektisida sintetik, namun penggunaannya dalam jumlah yang besar dapat sangat membahayakan. Insektisida nabati merupakan alternatif yang lebih aman untuk digunakan. Insektisida nabati berasal dari bahan-bahan alami yang dapat digunakan untuk membasmi serangga. Ekstrak daun Pitis Kecil (Hoya lacunosa) diduga memiliki kandungan senyawa-senyawa yang bersifat insektisidal, sehingga diharapkan penggunaan tanaman ini dapat bermanfaat sebagai insektisida nabati.
Pada penelitian ini diamati pengaruh pemaparan ekstrak daun Pitis Kecil (Hoya lacunosa) dalam pelarut aquades, metanol dan etanol dengan konsentrasi 0% (sebagai kontrol), 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% terhadap lama perkembangan larva, lama perkembangan pupa, persentase kematian larva serta persentase kematian pupa nyamuk Culex quinquefasciatus. Penelitian dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dan diamati setiap 8 jam sekali. Pengaruh pemaparan ekstrak daun Pitis Kecil (Hoya lacunosa) diuji dengan menggunakan ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan. Selanjutnya analisis probit dilakukan untuk menentukan Lethal Concentration 50 (LC50), yaitu tingkat konsentrasi dimana menyebabkan kematian hewan coba sebesar 50% dari jumlah populasi yang diuji. Pengaruh pemaparan ekstrak daun Pitis Kecil (Hoya lacunosa) terhadap
Lama perkembangan larva setelah diuji menggunakan ANOVA dan uji Duncan,
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol pada semua konsentrasi
yang diuji pada setiap pelarut, kecuali pada konsentrasi 0.5% dan 2% pada
pelarut aquades dan konsentrasi 1%, 2% dan 3% pada pelarut metanol dan
etanol. Pada konsentrasi 5% dan 6% pada pelarut etanol, lama perkembangan
larva tidak dapat diamati dikarenakan larva mengalami kematian. Persentase
kematian larva yang diamati pada pelarut aquades menunjukkan hasil yang
berbeda nyata terhadap kontrol pada konsentrasi 0.5%, 2%, 3%, 4% dan 5%.
Pada pelarut metanol dan etanol, semua konsentrasi yang diuji menunjukkan
hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol. Pada konsentrasi 4%, 5% dan 6%
pada pelarut etanol, persentase kematian larva mencapai 100%. Pada
pengamatan lama perkembangan pupa, pelarut aquades pada setiap konsentrasi
tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol. Pada pelarut
metanol, hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol ditunjukkan pada konsentrasi
0.5%, 3%, 4% dan 5%. Dan pada pelarut etanol, hanya konsentrasi 0.5% yang
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol. Pada konsentrasi 6%
pada pelarut metanol dan konsentrasi 4%, 5% dan 6% pada pelarut etanol, lama
perkembangan pupa tidak dapat diamati dikarenakan pupa mengalami kematian.
Persentase kematian pupa pada setiap konsentrasi pada ketiga pelarut
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol, kecuali pada
konsentrasi 1% pada pelarut aquades.
Dari hasil analisis probit, LC50 pada pelarut aquades didapat pada konsentrasi 14.8001%. Pada pelarut metanol, LCso didapat pada konsentrasi 1.0194%. Dan pada pelarut etanol, LC50 didapat pada konsentrasi 1.4070%. | id |