Monitoring dan modeling neraca air tanaman jagung dan kacang tanah di daerah Semarang Jawa Tengah
View/ Open
Date
1998Author
Hayati, Atih
Pawitan, Hidayat
Koesmaryono, Yonny
Metadata
Show full item recordAbstract
Ketersediaan air dalam tanah penting bagi tanaman terutama untuk memenuhi kebutuhan airnya yang dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan neraca air. Terjaminnya ketersediaan air menentukan
tingkat produksi yang akan dicapai. Penelitian ini bertujuan mensimulasi besarnya cadangan air tanah (CAT), evapotranspirasi potensial (ETP), evapotranspirasi aktual (ETA), evapotranspirasi tanaman (ETCrop), drainase, aliran permukaan dan irigasi; mensimulasi besarnya kebutuhan air tanaman; membandingkan hasil panen yang diperoleh petani dengan rendemen rata-rata berdasarkan hasil simulasi serta mengetahui dampak El-Nino tahun
1997 terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan kacang tanah. Tahapan penelitiannya adalah mengamati pertumbuhan tanaman dan CAT kemudian membuat model simulasi neraca air dengan menggunakan program SARRA.
Dampak El-Nino tahun 1997, menyebabkan kekeringan di lahan pertanian yang produktif di Jawa, curah hujan (CH) < 60 mm/culan terjadi dari bulan Mei Oktober dan menyebabkan resiko kegagalan panen akibat kekurangan air apabila penanaman tanaman dilakukan sebelum tanggal 14 November 1997 tanpa memberikan air irigasi. Selain itu dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil pertanian. Hasil panen polong basah kacang tanah yang ditanam akiur Agustus menghasilkan 2.9 ton/ha dengan kandungan air bijinya (KAB) sekitar 20% dan ukuran biji keringnya lebih kecil. Sedangkan yang ditanam akhir September menghasilkan 3.5 ten/ha dengan KAB 72% dan ukuran biji keringnya lebih besar. Dari hasil penelitian, kebutuhan air tanaman jagung antara 276-323 mm sedangkan kacang tanalı antara 482-507 mm.
Upaya meningkatkan produksi pertanian dilakukan dengan meminimalkan terjadinya resiko kegagalan panen yaitu memberikan pengairan yang intensif, mengoptimalkan tanggal tanam dengan menggeser waktu tanam sehingga ETA/ETCrop fase kritis terletak pada nilai yang tinggi, serta meminimalkan aliran permukaan dan drainase dengan mengatur pemberian airnya.
Rendemen rata-rata tanaman jagung sekitar 9.6 ton/ha lebih tinggi dari hasil yang diperoleh petani (6.5 ton/ha). Rendemen ini dapat dicapai apabila menempatkan tanaman sesuai dengan kontur serta memperhatikan konservasi tanah dan air, pengolahan tanah dapat meningkatkan evaporasi tanah dan mengurangi aliran permukaan, tanahnya subur dan budidaya yang dilakukan tepat menyangkut tanggal tanam, kerapatan tanaman, pengendalian gulma dan menggunakan varietas unggul.