Pengaruh Penerapan Pengendalian Hama Terpadu terhadap Efisiensi Produksi Padi di Kabupaten Kampar Provinsi Riau
View/ Open
Date
2024-01-03Author
Amalia, Amalia
Syaukat, Yusman
Hakim, Dedi Budiman
Dadang
Metadata
Show full item recordAbstract
Kajian mengenai efisiensi produksi masih merupakan subyek penelitian baik di negara berkembang maupun di negara maju. Studi mengenai efisiensi produksi dapat membantu negara-negara berkembang dengan menentukan sejauh mana peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi usahatani berdasarkan sumber daya tersedia. Efisiensi produksi merupakan indikator dalam mengukur kinerja usahatani suatu komoditas dan analisis efisiensi juga merupakan faktor utama untuk menaksir keberlanjutan pertanian. Tingkat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) sangat memengaruhi produktivitas usaha tani padi sawah. Serangan OPT dapat menyebabkan kerusakan tanaman yang sangat parah. Penggunaan pestisida secara substansial cukup tinggi di wilayah Asia dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Menurut data dari FAO total penggunaan pestisida pertanian di seluruh dunia mencapai 4 juta ton. Wilayah benua Asia masih menjadi wilayah tertinggi penggunaan pestisida pertanian sebesar 2,1 juta ton atau 52% dari total pestisida yang digunakan di seluruh dunia. Pestisida dianggap sebagai salah satu input produksi bernilai dalam sistem usaha pertanian, namun pestisida tidak berkontribusi untuk meningkatkan produksi secara langsung, pestisida dapat menurunkan kerusakan tanaman melalui pengendalian OPT. Berbeda dengan input produksi lainnya seperti pupuk dan bibit yang dapat meningkatkan produksi secara langsung. Kesalahpahaman umum petani dalam menggunakan pestisida salah satunya adalah penggunaan dosis/konsentrasi yang lebih tinggi dari dosis/konsentrasi rekomendasi. Hal ini akan dapat membahayakan bagi kesehatan manusia, lingkungan dan organisme non-target lainnya. Untuk menjaga keberlanjutan pertanian jangka menengah dan panjang alternatif pengendalian OPT adalah dengan pengendalian hama terpadu (PHT), yang berupaya untuk menggunakan pestisida yang rasional serta mengintegrasikan berbagai strategi pengendalian yang sesuai/kompatibel dengan prinsip-prinsip ekologi, keberlanjutan lingkungan, dan keseimbangan ekosistem. Menurut UU No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi daya Pertanian Berkelanjutan pasal 48 “Perlindungan pertanian dilaksanakan dengan sistem pengelolaan hama terpadu serta penanganan dampak perubahan iklim”. Sasaran yang dituju oleh Program Nasional PHT tidak hanya pengendalian OPT, namun mencakup pula sasaran yang lebih luas seperti pemantapan produksi, peningkatan kualitas hasil, efisiensi usahatani, peningkatan kemampuan dan kesejahteraan petani, serta kelestarian lingkungan. Kabupaten Kampar merupakan salah satu penghasil padi di Riau. Luas panen sawah di Kabupaten Kampar tahun 2021 mencapai 6.535,8 ha dengan produksi sebesar 31.717,0 ton dengan produktivitas 3,89 ton/ha. Diperkirakan jumlah penduduk Kabupaten Kampar pada tahun 2022 sebanyak 761.567 jiwa dengan rata– rata laju pertumbuhan saat ini sebesar 3,3%. Rata–rata tingkat konsumsi beras masyarakat sebesar 108,74 kg perkapita pertahun sehingga rata–rata kebutuhan beras sebesar 82.812,8 ton beras tahun. Dengan demikian masih terdapat kekurangan beras sebesar 51.096 ton atau 60% setiap tahunnya. Salah satu penyebab belum optimalnya produktifitas padi yang dihasilkan di Kabupaten Kampar adalah serangan OPT. Perilaku petani dalam mengendalikan OPT baik secara PHT maupun Non PHT memengaruhi penggunaan faktor produksi. Adanya variasi penggunaan faktor produksi seperti penggunaan benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja yang digunakan oleh petani dapat menyebabkan bervariasinya hasil produksi dan produktivitas masing-masing petani dan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengestimasi pengaruh penggunaan input terhadap produksi padi antara petani yang menerapkan PHT dan non PHT, (2) membandingkan efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis usaha tani padi yang menerapkan PHT dan non PHT, kemudian mengidentifikasi faktor - faktor yang memengaruhi inefisensi teknis padi sawah (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani dalam menerapkan PHT atau non PHT, dan (4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi permintaan input pestisida petani. Untuk mencapai tujuan tersebut data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Metode pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling. Sampel penelitian merupakan petani yang menerapkan usahatani padi dengan metode PHT dan non PHT yang dipilih secara sengaja (purposive). Analisis data sebagai berikut; 1) analisi pengaruh penggunaan input terhadap produksi padi antara petani PHT dengan petani non PHT menggunakan model regresi berganda, 2) analisis perbandingan efisiensi teknis dan inefisiensi teknis usaha tani padi antar petani PHT dan petani non PHT menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier (stochastic production frontier), 3) analisis perbandingan efisiensi alokatif dan ekonomis usaha tani padi antar petani PHT dan petani non PHT menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas, 4) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mengapa petani memilih menerapkan PHT dan non PHT menggunakan regresi logistic, dan 5) mengestimasi permintaan input pestisida dengan metode analisis Cobb-Douglas. Hasil tujuan pertama menunjukkan pupuk anorganik dan pengunaan pestisida alami dalam mengendalian OPT oleh petani memiliki pengaruh positif terhadap produksi padi, sedangkan interaksi pestisida sintetis dengan frekuensi berpengaruh negatif terhadap produksi padi di Kecamatan Kampar. Tujuan kedua menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai petani padi PHT adalah 0,80 (80%) sedangkan rata-rata tingkat efisiensi teknis petani padi Non PHT yang dicapai adalah 0,69 (69%). Faktor sosial ekonomi penyebab sumber inefisiensi teknis pada usahatani padi PHT dan Non PHT adalah tingkat pendidikan dan persentasi penerapan budi daya tanaman sehat. Rata-rata tingkat efisiensi alokatif yang dicapai petani padi PHT adalah 0,67 (67%) sedangkan rata-rata tingkat efisiensi alokatif petani padi Non PHT yang dicapai adalah 0,66 (66%). Rata-rata tingkat efisiensi ekonomi yang dicapai petani padi PHT adalah 0,67 (67%) sedangkan rata-rata tingkat efisiensi ekonomi petani padi Non PHT yang dicapai adalah 0,46 (46%). Hasil analisis tujuan ketiga adalah faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani dalam menerapkan PHT atau Non PHT adalah pendidikan, frekuensi pertemuan petani dengan PPL dan pendapatan petani. Hasil tujuan keempat permintaan pestisida di Kecamatan Kampar Share cost pestisida di Kecamatan Kampar dipengaruhi secara positif oleh harga pestisida sintetis dan berpengaruh secara negatif terhadap upah tenaga kerja, teknologi yang digunakan petani (PHT atau Non PHT) dan tingkat serangan OPT2 (tingkat serangan OPT tinggi dibandingkan tingkat serangan OPT rendah). Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, pembuat kebijakan dapat mengambil beberapa tindakan. Pertama, peningkatan efisiensi petani padi di Kecamatan Kampar sebaiknya difokuskan pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknis dalam usahatani padi, sehingga dapat mengurangi tingkat inefisiensi teknis. Kedua, materi penyuluhan lebih ditekankan tentang bagaimana menerapkan budi daya tanaman sehat sesuai lokasi dan penerapan PHT dalam mengendalikan OPT yang akan berpengaruh kepada produksi, efisiensi dan keberlangsungan lingkungan, antara lain: menggunakan pestisida sintetis secara bijaksana (untuk kasus di Kecamatan Kampar disarankan untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik karena penggunaan pestisida sintetis yang dilakukan oleh petani secara tidak tepat), bisa disarankan untuk merotasi penggunaan pestisida dengan beda merk dagang dan kandungan sehingga OPT tidak resisten terhadap pestisida tersebut. Lebih meningkatkan penggunaan pestisida alami dapat menjadi alternatif dalam mengurangi penggunaan pestisida sintetis. Disarankan penggunaan pupuk anorganik yang lebih efisien sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan produksi padi di Kecamatan Kampar. Ketiga, pemerintah dapat meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dan pelatihan pertanian bagi petani, program pendidikan pertanian yang lebih baik dapat membantu petani memahami manfaat PHT dan cara melaksanakannya dengan benar. Keempat, meningkatkan frekuensi dan kualitas program pelatihan dan penyuluhan pertanian. Pemerintah bersama organisasi pertanian dapat bekerja sama untuk menyediakan pelatihan reguler tentang praktik PHT kepada petani. Meningkatkan jumlah dan kualitas penyuluh pertanian (PPL) yang tersedia di daerah pertanian dan mengadakan pelatihan dan workshop bagi PPL untuk memperluas pengetahuan mereka tentang PHT dan kemampuan komunikasi dengan petani, hal ini menjadi faktor penentu petani dalam memutuskan apakah akan berbudi daya tani padi secara PHT atau tidak. Kelima, pemerintah dapat memberikan insentif ekonomi kepada petani yang menerapkan PHT, seperti subsidi untuk biaya pengadaan pestisida hayati dan peralatan yang mendukung pelaksanaan PHT.