Penggunaan analisi transformasi fourier untuk mengetahui periodisitas curah hujan : studi kasus provinsi Sumatera Barat
View/ Open
Date
2004Author
Aprianto, Ponco
Risdiyanto, Idung
Santoso, Edi
Metadata
Show full item recordAbstract
Di antara unsur iklim yang mempunyai keragaman yang besar adalah curah hujan. Untuk mengetahui periodisitas curah hujan diperlukan suatu penelitian mengenai periodisitas curah hujan tersebut dengan menggunakan analisis spektrum menggunakan Transformasi Fourier. Curah hujan adalah faktor cuaca/iklim yang kejadiannya dapat berulang setiap periode tertentu sehingga menimbulkan sifat periodik.
Untuk mengetahui sifat keperiodikan curah hujan tersebut maka dilakukan penelitian mengenai periodisitas curah hujan. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui periodisitas curah hujan adalah dengan analisa spektrum menggunakan metode Transformasi Fourier yang diekspresikan dalam bentuk fungsi sinus dan cosinus. Transformasi Fourier mengubah suatu deret data dalam kawasan waktu menjadi deret data dalam kawasan frekuensi di mana keduanya masih saling berhubungan, yang satu menjadi pelengkap yang lain. Karakteristik dari suatu deret waktu yang telah ditransformasikan ke dalam deret frekuensi dapat disajikan dalam grafik yang disebut Periodogram atau Power Spektrum,
Berdasarkan analisa spektrum menggunakan Transformasi Fourier di dapatkan spektrum dominan pertama secara umum terjadi pada fenomena AO diikuti oleh fenomena SAO, hal ini tidak terjadi pada stasiun Sicincin, Talu, Sasak, dan Maninjau. Sedangkan untuk fenomena QBO dan ENSO mempunyai nilai spektrum yang tidak besar.
Hubungan antara faktor topografi seperti letak lintang dan bujur serta ketinggian tidak menunjukkan pola yang khas atau mempunyai keteraturan terhadap besarnya nilai Power Spektrum masing-masing fenomena yang terjadi pada masing-masing stasiun. Tetapi berdasarkan grafik spektrum yang bersifat diskrit diperoleh suatu pola yaitu adanya periodisitas 6 bulanan yang muncul dominan pertama di stasiun Talu, Maninjau, Sasak dan Sicincin yang kesemuanya terletak di sebelah barat Bukit Barisan. Hal ini bersesuaian karena wilayah yang terletak di sebelah barat Bukit Barisan mempunyai curah hujan yang tinggi. Wilayah Talu dan Maninjau yang terletak di jalur punggung pegunungan mendapatkan hujan akibat adanya proses orografis oleh pegunungan. Sedangkan wilayah Sasak dan Sicincin yang terletak di dataran rendah Pesisir Barat mendapatkan hujan akibat transfer uap air dari Samudera Hindia karena wilayahnya yang menghadap Samudera Hindia.