Model Peningkatan Daya Saing BUMN Produsen Pupuk di Indonesia
Date
2023Author
Maslani, Maslani
Hartoyo, Hartoyo
Syarief, Rizal
Harianto, Harianto
Metadata
Show full item recordAbstract
Keberhasilan sektor pertanian tidak terlepas dari peranan industri pupuk nasional. Namun, pemenuhan kebutuhan pupuk nasional oleh produsen BUMN pupuk sebagian besar berupa penugasan subsidi, sisanya untuk pasar komersil. Nilai subsidi pupuk dalam 5 tahun terakhir sekurang – kurangnya di atas Rp30 triliun per tahun dengan jumlah petani yang memperoleh layanan sekitar 15 juta orang. Hal ini mengkhawatirkan daya saing produsen BUMN pupuk bila kebijakan pupuk subsidi dicabut dan menghadapi persaingan secara terbuka. Selain itu, terdapat isu strategis daya saing produsen BUMN pupuk, yaitu (1) ketersediaan bahan baku terbatas dengan harga relatif tinggi dibandingkan negara pesaing, (2) ada pabrik berusia tua dan beberapa menggunakan teknologi lama, (3) tidak optimalnya produksi dan tidak efisiennya konsumsi bahan baku mengingkatkan harga pokok produksi, (4) harga pasar internasional berfluktuasi, dan (5) kebijakan subsidi yang berpengaruh terhadap naik turunnya pendapatan perusahaan. Selain itu, rencana perubahan model subsidi akan berdampak pada pangsa pasar. Semua faktor tersebut pada akhirnya berdampak pada laba bersih dan kinerja serta daya saing BUMN produsen pupuk. Tujuan utama penelitian ini membangun model peningkatan daya saing BUMN produsen pupuk dengan konsep Resource-Based View (RBV), dikembangkan dengan Dynamic Capabilities, yaitu: (1) menganalisis tingkat efisiensi BUMN produsen nasional dan membandingkan dengan perusahaan pupuk dunia, (2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja BUMN produsen pupuk di Indonesia, (3) merancang indeks daya saing BUMN produsen pupuk di Indonesia dengan konsep lean, agile, resilience, dan green (LARG) yang dimodifikasi dengan innovative, serta (4) merancang model peningkatan daya saing BUMN produsen pupuk dengan variabel strategi fit, manajemen pengetahuan, kapabilitas dinamis, dan kapabilitas pemasaran. Studi kasus digunakan untuk penelitian ini selama periode April – Desember 2022. Analisis tingkat efisiensi BUMN produsen pupuk dibandingkan produsen global menggunakan data annual report dan teknik analisis Data Envelopment Analysis (DEA). Faktor yang mempengaruhi kinerja dianalisis menggunakan data sekunder laporan keuangan tahun 2012 – 2021 dengan regresi data panel. Pembentukan indeks daya saing dengan konsep LARG dimodifikasi dengan inovasi menggunakan data primer dilakukan melalui Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Composite Index. Pembentukan model daya saing BUMN produsen pupuk dilakukan melalui PLS-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BUMN produsen pupuk nasional tidak efisien dibandingkan produsen global, namun jika dibandingkan antarprodusen nasional, PT Pupuk Kaltim (PKT) dan PT Petrokimia Gresik (PKG) lebih efisien. Selanjutnya, kinerja (KEP-100) BUMN produsen pupuk dipengaruhi oleh bunga dan pinjaman yang optimal, masa tanam, harga jual pupuk, dan kinerja perusahaan periode sebelumnya. Indeks daya saing BUMN produsen pupuk masuk kategori sangat baik (85,59), indeks tertinggi dimensi lean dan terendah dimensi inovasi, sedangkan perusahaan dengan indeks daya saing tertinggi adalah PKT dan terendah PT Pupuk Iskandar Muda (PIM). Model peningkatan daya saing BUMN produsen pupuk dipengaruhi oleh strategi fit, manajemen pengetahuan, kapabilitas dinamis, dan kapabilitas pemasaran. Implikasi manajerial bagi BUMN produsen pupuk adalah: pertama, tidak efisiennya perusahaan pupuk nasional dibandingkan produsen global berimplikasi perlu dilakukan peningkatan penjualan dan pangsa pasar dengan profit margin yang baik dengan menurunkan berbagai biaya (biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya keuangan). Caranya adalah (a) menjamin ketersediaan bahan baku pupuk jangka panjang untuk menentukan strategi penguasaan pasar, (b) revitalisasi pabrik pupuk yang lebih efisien, (c) mengoptimalkan rantai pasok dari hulu sampai hilir. Perlu juga dilakukan benchmark pada perusahaan global yang efisien (misalnya Yara, CF Industries, Phos agro, Sinofert, dan Nutrien) dan PKT untuk produsen nasional. Kedua adalah terhadap harga pupuk yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan berimplikasi perlunya mengubah mindset dari sebagai price taker (pupuk sebagai barang komoditas) menjadi price maker (diversifikasi produk, diversifikasi pasar, dan mengembangkan kapabilitas pemasaran. Ketiga adalah dengan model indeks daya saing lean, agility, resilience, dan inovasi (LARI), dimungkinkan adopsi implementasi indeks LARI dalam pengukuran daya saing. Keempat adalah model peningkatan daya saing BUMN produsen pupuk dapat difokuskan untuk meningkatkan kapabilitas dinamis dan kapabilitas pemasaran, serta ukuran daya saing agility dan resilience. Implikasi manajerial bagi pemerintah selaku regulator adalah: (i) mengingat gas merupakan komponen dominan harga pupuk, perlu kebijakan pemenuhan kebutuhan gas secara berkelanjutan dengan harga keekonomian untuk mendukung daya saing industri pupuk nasional; (ii) mengingat meningkatnya biaya modal kerja BUMN produsen pupuk, perlu aturan peralihan untuk mempercepat pembayaran piutang subsidi atau implementasi bantuan langsung kepada petani (BLP) setelah semua prasyaratnya terpenuhi; (iii) dengan adanya indeks daya saing variabel LARI, Kementerian BUMN dapat mempertimbangkan untuk mengadaptasi pengukuran daya saing menggunakan indeks LARI bagi BUMN manufaktur; (iv) terkait model peningkatan daya saing BUMN produsen pupuk, perlunya konsistensi kebijakan politik anggaran dan subsidi yang berpihak pada petani, meningkatkan daya saing BUMN pupuk nasional, dan tidak menjadi beban berat anggaran negara.
Collections
- DT - Business [105]