Show simple item record

dc.contributor.advisorMurdiyarso, Daniel
dc.contributor.authorKurnianto, Sofyan
dc.date.accessioned2023-12-15T02:46:12Z
dc.date.available2023-12-15T02:46:12Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/132754
dc.description.abstractSurplus air permukaan (Moisture Surplus) terjadi karena kadar air tanah pada suatu daerah melebihi nilai maksimumnya. Surplus air permukaan ini dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi sumberdaya air pada suatu daerah serta bisa digunakan dalam strategi pengelolaan DAS. Dalam penelitian ini dihitung surplus air permukaan secara spasial dan temporal di Sub DAS Cicatih. Metode neraca air digunakan untuk menghitung surplus dengan masukan data berupa data time series maupun data spasial. Data spasial diolah dengan menggunakan software SIG yang seluruhnya dirubah ke dalam format raster. Sedangkan pembuatan model neraca air untuk menghitung surplus dan akumulasi surplus menggunakan software PCRaster. Distribusi spasial surplus air permukaan dipengaruhi oleh variasi curah hujan, tipe penutupan lahan dan tekstur tanah. Di daerah Cicurug yang memiliki curah hujan tahunan tertinggi (3.339 mm) menghasilkan surplus yang juga tertinggi dari daerah yang lain (1.812 mm). Area semak/belukar menghasilkan surplus tertinggi (1.960 mm) dengan koefisien surplus sebesar 52% sedangkan hutan menghasilkan surplus yang paling kecil (1.346 mm) dengan koefisien surplus sebesar 41%. Tanah bertekstur liat menghasilkan surplus terbesar (1.673 mm) sedangkan lempung berdebu menghasilkan surplus terkecil (1.353 mm) Informasi mengenai ketinggian tempat (Digital Elevation Model) dapat digunakan untuk menduga arah aliran lokal dengan mempertimbangkan ketinggian delapan sel tetangga. Arah aliran ini bergantung pada kondisi topografi daerah tersebut. Jaringan sungai utama dapat diduga dengan menggunakan arah aliran lokal dan juga lokasi dari sungai utama. Selain itu, pendugaan besar akumulasi aliran dapat diketahui dengan bantuan informasi arah aliran. Di Sub DAS Cicatih akumulasi surplus mempunyai pola yang hampir sama dengan pola curah hujan, yaitu semakin tinggi curah hujan maka akumulasi surplus juga mengalami peningkatan. Nilai maksimum akumulasi surplus terjadi pada bulan November sebesar 256 mm dan tidak terjadi akumulasi surplus pada bulan Agustus. Sub-sub DAS Cicatih Hulu yang merupakan sub-sub DAS dengan curah hujan tertinggi menghasilkan surplus air permukaan tanah tertinggi di wilayah tersebut (1.751 mm). Hal ini mengakibatkan sub-sub DAS ini memerlukan perhatian yang khusus dalam hal pengelolaan DAS. ditambah lagi, sub-sub DAS ini terletak di jalur utama yang menghubungkan antara Bogor dan Sukabumi, Sub-sub DAS Cileuleuy yang sebagian besar terdiri dari vegetasi berkayu (hutan dan kebun) mempunyai kandungan air tanah terbesar (2.874 mm)sehingga dapat digolongkan sebagai DAS dengan kondisi yang baik. Semakin meningkat curah hujan suatu daerah maka dapat meningkatkan tinggi dan koefisien surplus. Daerah pertanian mempunyai tinggi dan koefisien surplus yang lebih tinggi dari area hutan. dan kebun/perkebunan. Tanah bertekstur liat akan menghasilkan surplus tertinggi dibandingkan dengan tektur tanah yang lain. Aliran sungai utama hasil keluaran model dengan PCRaster menggunakan algoritma akumulasi aliran sesuai dengan keadaan di lapangid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleModel spesial dinamik pendugaan surplus air permukaan menggunakan metode neraca air : Studi kasus Sub Daerah Aliran Sungai Cicatihid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record