Show simple item record

dc.contributor.advisorHubeis, Musa
dc.contributor.advisorJahroh, Siti
dc.contributor.advisorZulbainarni, Nimmi
dc.contributor.authorBaharaja Tarihoran, Andiga Dompak
dc.date.accessioned2023-12-14T04:48:24Z
dc.date.available2023-12-14T04:48:24Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/132720
dc.description.abstractIndonesia telah berusaha untuk menjadi eksportir ikan hias terbesar di dunia selama dua dekade terakhir, namun hingga saat ini masih belum dapat terealisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ikan hias air tawar Indonesia di pasar internasional, mengidentifikasi faktor-faktor penghambat ekspor, dan mengembangkan tiga buah model untuk membangun bisnis ekspor ikan hias Indonesia dengan tiga perspektif tingkat daya saing, yaitu mikro (pada tingkat organisasi), mezzo (pada tingkat daerah/klaster), dan makro (pada tingkat nasional). Pada tingkat daya saing mikro, diajukan model konseptual yang dinamakan kapabilitas dinamis berbasis pasar (MBDC). MBDC ini mengintegrasikan tiga pandangan, yaitu Resource-Based View, Market-Based View, dan Knowledge- Based View sebagai anteseden dari MBDC, serta dimoderasi oleh dukungan pemerintah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kecenderungan ekspor. Pada tingkat daya saing mezzo, diajukan model kelembagaan kampung ekspor budidaya ikan hias dan pada tingkat daya saing makro, diajukan model strategi prioritas untuk pengembangan ekspor ikan hias Indonesia yang berkelanjutan. Daya saing ikan hias Indonesia di pasar internasional dianalisis dengan menggunakan formula Revealed Comparative Advantage, Competitiveness Matrix, dan Constant Market Shares. Faktor-faktor penghambat ekspor diperoleh melalui penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara selama delapan bulan terhadap 43 responden yang terdiri dari para pemangku kepentingan di industri ikan hias seperti pembudidaya, pedagang, eksportir, asosiasi, komunitas, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Model kerangka konseptual untuk MBDC dihasilkan melalui Partial Least Square-Structural Equation Model (PLSSEM) dengan 682 responden yang berada pada beberapa provinsi utama produsen ikan hias di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat. Model kelembagaan ekspor budidaya ikan hias dibangun dari analisis Interpretive Structural Modeling dari analisis pemangku kepentingan dan program yang dibutuhkan berdasarkan kuesioner terhadap delapan responden pakar. Terakhir, model strategi pengembangan ekpor ikan hias yang berkelanjutan dihasilkan dari analisis SWOT dan dua tahap fuzzy-AHP berdasarkan kuesioner terhadap 11 responden pakar. Seluruh penelitian dilakukan sejak bulan Desember 2021 hingga bulan Juli 2023 Temuan menunjukkan bahwa Indonesia belum melakukan ekspor secara optimal ke beberapa pasar terbesar di dunia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang. Indonesia menghadapi berbagai hambatan, di antaranya kualitas dan konsistensi produk, regulasi, pemasaran, biaya pengiriman, dan berbagai hambatan internal dan eksternal lainnya. Peran pemerintah sangat penting dalam mengatasi hambatan-hambatan ekspor tersebut. Berdasarkan analisis SEM-PLS, diperoleh hasil jika MBDC terbentuk oleh pasar kompetitif dan dinamis, sumber daya dan kemampuan yang berbasis pasar, dan manajemen pengetahuan berbasis pasar. Faktor dukungan pemerintah penting sebagai moderasi dalam memperkuat terbntuknya DC, yaitu dengan meningkatkan sumber daya dan kemampuan pelaku usaha yang berbasis pasar. MBDC secara positif akan memengaruhi kinerja UMKM dan kinerja secara positif memengaruhi kecenderungan untuk melakukan ekspor. Berdasarkan analisis ISM, terdapat lima pemangku kepentingan yang dapat menjadi pendorong dalam kampung ekspor ikan hias, yaitu dinas perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, atase perdagangan/ITPC, bea cukai, dan lembaga penelitian. Sementara itu, analisis ISM untuk program diperoleh tujuh program jangka pendek yang menjadi prioritas utama, yaitu program bimbingan budidaya dan karantina yang berkelanjutan, program pembentukan koperasi/BUMDes, program bantuan sarana/prasarana, program bantuan induk/bibit unggul, program akses pembiayaan, program pelatihan pemasaran produk, dan program kemitraan. Model kelembagaan ekspor budidaya ikan hias yang dibangun mengedepankan fungsi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau koperasi yang menjadi wadah utama para pembudidaya ikan hias. BUMDes ini memiliki berbagai fungsi dari hulu hingga hilir, termasuk memiliki izin ekspor-nya sendiri. Pada model strategi pengembangan ekspor ikan hias Indonesia yang berkelanjutan, terdapat delapan strategi prioritas tinggi, baik untuk keberlangsungan ekonomi, sosial dan lingkungan. Strategi tersebut adalah meningkatkan produksi dan kualitas ikan hias dengan inovasi teknologi budidaya berkelanjutan, meningkatkan promosi dan pemasaran, melakukan diversifikasi produksi pelatihan budidaya ikan hias berkelanjutan, memperkuat kelembagaan industri ikan, kolaborasi antara lembaga penelitian, pelaku dan pemerintah untuk pengembangan budidaya ikan hias endemik, meningkatkan pengawasan dan penegakan regulasi terhadap aktivitas eksploitasi ikan hias tangkap, serta menggalakkan kampanye penerapan budidaya ikan hias berkelanjutan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleModel Pengembangan Bisnis Ekspor Ikan Hias Air Tawar di Indonesiaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordDaya saingid
dc.subject.keywordIkan Hiasid
dc.subject.keywordKapabilitas Dinamikid
dc.subject.keywordKampung Eksporid
dc.subject.keywordPengembangan Bisnisid
dc.subject.keywordUMKMid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record