Show simple item record

dc.contributor.advisorKuncahyo, Budi
dc.contributor.advisorMardiana, Rina
dc.contributor.authorDewi, Sevana
dc.date.accessioned2023-11-23T23:25:10Z
dc.date.available2023-11-23T23:25:10Z
dc.date.issued2023-11-23
dc.identifier.citationDewi S, Kuncahyo B, Mardiana R. 2023.Scenario for sustainable food plantation management in the ex-PLG area of Central Kalimantan. JPSL 9(1): 100-103.Doi: 10.29244/jpsl.9.1.%15pid
dc.identifier.issn2460-5824
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/132525
dc.description.abstractHutan dan lahan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan makhluk hidup. Sistem pangan memiliki peran penting karena menyangkut sistem sosial-ekologi yang kompleks. Namun, dewasa ini sistem pangan khususnya di gambut, telah menjadi perdebatan multisektor terkait keberlanjutan ekosistem. Dewasa ini, sistem pangan yang dijalankan cenderung tidak adaptif dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat sehingga, menimbulkan banyak permasalahan yang menjadi sangat kompleks, salah satunya adalah proyek strategis nasional (PSN) food estate di Kalimantan Tengah. Penelitian ini berfokus pada pencarian alternatif pengelolaan lahan yang dapat mengakomodir kepentingan konservasi dan ekonomi, sekaligus memberikan manfaat sosial secara adil dan berkelanjutan, mulai dari menyajikan permasalahan sosial yang ditimbulkan dari proyek strategis nasional, sampai pada penyusunan alternatif pengelolaan hutan tanaman pangan berkelanjutan dengan metode studi kasus menggunakan pendekatan eksploratif dan normatif. Dengan menjadikan kawasan eks-PLG sebagai wilayah studi, analisis isi kebijakan ekstensifikasi lahan food estate dengan implementasinya menunjukan sebesar 45% ketidaksesuaian sehingga menimbulkan konflik horizontal di kalangan masyarakat lokal. Dalam upaya menemukan alternatif pengelolaan lahan yang mampu mengakomodir kepentingan multisektor, ditemukan tujuh jenis tanaman yang dikembangkan oleh masyarakat lokal di kawasan eks-PLG memiliki nilai NPV>0 dan BCR>1, sedangkan analisis multidimensi Rap-Gambut, tujuh jenis tanaman tersebut rata-rata memiliki indeks keberlanjutan cukup (50,01-75.00). Tahap selanjutnya, dilakukan Analisis leverage untuk mengetahui faktor penentu dari tingkat keberlanjutan pengelolaan lahan, analisis tersebut menginformasikan tiga variabel penting teratas; intensitas kebakaran lahan (ekologi), penyerapan tenaga kerja (ekonomi) dan intensitas konflik lahan (sosial). Dengan demikian, disusunlah empat skenario pengelolaan hutan tanaman pangan berkelanjutan. Berdasarkan empat skenario yang dibangun, skenario IV paling layak secara finansial untuk dijalankan. Selanjutnya Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan untuk menentukan prioritas skenario berdasarkan preferensi pakar menggunakan software ekspert choice, menunjukan skenario IV merupakan skenario prioritas dengan skor secara berurutan 0,522 (ekologi), 0,537 (ekonomi) dan 0,466 (sosial). Kemudian nilai inconsistency dari ketiga elemen secara keseluruhan lebih kecil dari 0,10 (<0.10), artinya penilaian pada pengisian kuesioner tergolong konsisten, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai bobotnya dapat digunakan. Dengan demikian, mempertahankan fungsi kawasan dengan mengintegrasikan berbagai komoditas lokal (skenario IV), serta meninjau kembali kebijakan tata ruang yang lebih berpihak kepada masyarakat lokal di kawasan eks-PLG Kalimantan Tengah adalah skenario terbaik yang diusulkan oleh penelitian iniid
dc.language.isoidid
dc.publisherSevana Dewiid
dc.relation.ispartofseries9(1):;100-103
dc.titleSkenario Pengelolaan Hutan Tanaman Pangan Berkelanjutan (Studi Kasus Di Kawasan Eks-PLG Kalimantan Tengah)id
dc.title.alternativeScenario of Sustainable Food Forest Management (Case Study in the Central Kalimantan Eks-PLG Area).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordland and forest management scenariosid
dc.subject.keywordfood securityid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record