| dc.description.abstract | Banjir DKI Jakarta sudah menjadi isu nasional dan perhatian publik, mengingat
kedudukan DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia. Kemang merupakan salah satu
wilayah yang terdampak banjir, yang dipicu oleh kondisi geomorfologi dan pesatnya
perkembangan permukiman dan lahan terbangun lainnya. Penelitian bertujuan
menganalisis permasalahan banjir di Kemang, meliputi perubahan penggunaan lahan,
karakteristik sifat fisik tanah, dan pendugaan debit aliran puncak menggunakan metode
Rasional dan distribusi Gumbel. Hasil menunjukkan, besaran hujan dengan periode ulang
yang panjang akan semakin menghasilkan debit puncak yang besar, pada periode ulang
T1, T2, T5, T10, T15, T20, T25, T50 yaitu 77.99 m3/detik, 92.767 m3/detik, 139.183
m3/detik, 169.978 m3/detik, 187.331 m3/detik, 199.481 m3/detik, 208.840 m3/detik,
237.669 m3/detik pada DAS Krukut dan 68.434 m3/detik, 81.397 m3/detik, 122.124
m3/detik, 149.145 m3/detik, 164.371 m3/detik, 175.032 m3/detik, 183.244 m3/detik,
208.540 m3/detik pada DAS Mampang. Debit aliran puncak sejak periode ulang T1 pada
kedua DAS telah melampaui batas kapasitas existing sungai yaitu 11.5 m3/detik pada
DAS Krukut dan 5.4 m3/detik pada DAS Mampang. Mitigasi bencana banjir sudah
dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, terutama kebijakan Zero Delta Q Policy
(ZDQP), namun masih perlu ditingkatkan. Mitigasi lainnya yang dapat dilakukan:
membuat tempat parkir air sementara, serta normalisasi dan revitalisasi sungai. Intensitas
banjir yang terjadi pada wilayah ini dipengaruhi oleh sifat fisik tanah yaitu: permeabilitas,
tekstur, dan bobot isi. Tekstur memiliki korelasi positif terhadap permeabilitas tanah
dengan nilai R2= 0.90, sedangkan bobot isi memiliki korelasi negatif dengan
permeabilitas tanah dengan nilai R2 = 0.83 | id |