Show simple item record

dc.contributor.advisorTinaprilla, Netti
dc.contributor.advisorFeryanto, Feryanto
dc.contributor.authorBosawer, Adrina Luciana
dc.date.accessioned2023-11-13T23:41:27Z
dc.date.available2023-11-13T23:41:27Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131973
dc.description.abstractProvinsi Papua dan Papua Barat berpotensi dalam pengembangan sektor agribisnis di Indonesia Timur. Penduduk Papua dan Papua Barat sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian di sektor Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, sehingga menyerap tenaga kerja terbesar dengan pendapatan perkapita terendah dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan perekonomian di daerah tersebut. Walau demikian, keterbatasan mengakses modal pada lembaga keuangan formal menjadi kendala dalam mengembangkan sektor agribisnis. Petani memilih mengakses modal usaha dari lembaga keuangan non formal meskipun tidak meningkatkan kesejahteraan. Oleh sebab itu, diperlukan peran pemerintah. Pemerintah memberikan bantuan modal usaha bagi UMKM melalui Kredit Usaha Raktat (KUR) menggunakan pola subsidi bunga. Penyaluran KUR di Papua dan Papua Barat oleh beberapa lembaga keuangan yang ditetapkan pemerintah, salah satunya Bank Papua. Bank Papua sebagai bank milik pemerintah daerah di Papua dan Papua Barat. Keberadaannya hampir di seluruh Papua dan Papua Barat, karena itu Bank Papua lebih efisien dalam menjalankan bisnisnya. Bank Papua memiliki akses yang mudah bagi peminjam untuk mendapatkan kredit dan mengurangi risiko kredit macet bagi Bank Papua sebagai pemberi pinjaman. Walau demikian, laju pertumbuhan penyaluran KUR Bank Papua di sektor agribisnis mengalami penurunan setiap tahunnya. Kondisi ini berbeda dengan penyaluran KUR pada sektor ekonomi lainnya seperti halnya sektor perdagangan non agribisnis yang terus meningkat setiap tahunnya. Selanjutnya, dipandang perlu menganalisis apa saja faktor-faktor yang memengaruhi penyaluran KUR sektor agribisnis Bank Papua dan bagaimana pengaruh penyaluran KUR sektor agribisnis Bank Papua serta faktor-faktor yang memengaruhi terhadap kinerja Bank Papua. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data internal Bank Papua, BPS Papua dan Papua Barat. Data time series per triwulam sebanyak 27 periode dimulai dari triwulan IV tahun 2015 sampai triwulan II tahun 2022. Pemilihan data dalam periode tersebut dipilih karena keterbatasan data KUR dari pihak Bank Papua. Pada saat proses akad kredit penyaluran KUR belum membedakan KUR persektor ekonomi Metode analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi penyaluran KUR sektor agribisnis Bank Papua menggunakan regresi linier berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dan arah variabel independen terhadap variabel dependen. Penyaluran KUR Sektor Agribisnis Bank Papua sebagai variabel dependen. Sebaliknya, Suku bunga KUR Mikro, Suku Bunga KUR Ritel, NPL KUR Sektor Agribisnis, CAR, BOPO, DPK, GWM, Inflasi, PDRB (Sektor Pertanian, Perikanan, dan Kelautan), dan Kondisi Pandemi COVID-19 sebagai variabel independen. ROA sebagai variabel dependen digunakan untuk mengukur kinerja Bank Papua sebaliknya penyaluran KUR sektor agribisnis, LDR, NIM, BOPO dan Kondisi Pandemi COVID-19 digunakan sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini menunjukkan NPL KUR sektor agribisnis, DPK dan PDRB sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan signifikan terhadap penyaluran KUR sektor agribisnis Bank Papua. Sebaliknya, Suku bunga KUR Mikro, Suku bunga KUR Ritel, CAR, BOPO, GWM, Inflasi dan Pandemi COVID-19 tidak signifikan terhadap penyaluran KUR sektor agribisnis Bank Papua. NPL yang tinggi menunjukkan gagal bayar kredit sehingga menurunkan penyaluran KUR sektor agribisnis. DPK dan PDRB sektor Pertanian, perikanan dan Kehutanan yang berpengaruh positif menunjukkan kemampuan Bank Papua menghimpun DPK masyarakat dan kemampuan pelaku on-farm untuk mengakses kredit sehinga Bank Papua meningkatkan penyaluran KUR sektor agribisnis BOPO signifikan, akan tetapi penyaluran KUR sektor agribisnis, NIM, LDR dan kondisi Pandemi COVID-19 tidak signifikan terhadap ROA. BOPO yang signifikan terhadap pengembalian aset menunjukkan Bank Papua tidak efisien dalam menjalankan usaha karena mengalami kerugian. Selanjutnya akan berdampak pada penurunan penyaluran kredit khususnya KUR pada sektor agribisnis. Oleh sebab itu, Bank Papua harus meningkatkan penyaluran KUR di sektor agribisnis sebagai sektor ekonomi potensial yang mampu bertahan dari goncangan ekonomi sehingga dapat mendukung program pemerintah dalam pengembangan potensi Papua dan Papua Barat serta meningkatkan ROA yang bersumber dari penyaluran KUR sektor agribisnisid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgribussinesid
dc.titleFaktor-faktor yang Memengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Agribsinis Bank Papuaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBank Papuaid
dc.subject.keywordKUR sektor agribisnisid
dc.subject.keywordpotensi agribisnisid
dc.subject.keywordregresi linier bergandaid
dc.subject.keywordagroforestry modelid
dc.subject.keywordprivate forestid
dc.subject.keywordfinancial analysisid
dc.subject.keywordperceptionid
dc.subject.keywordpreferenceid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record