Pendugaan emisi metana dari landfill Bantar Gebang

Abstract

Masalah sampah merupakan masalah lingkungan yang memerlukan perhatian khusus dalam penanggulanganannya. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mangatasi masalah sampah adalah dengan memanfaatkan salah satu gas yang dihasilkan dari penguraian sampah yaitu gas metana. Dalam penelitian ini digunakan perangkat lunak E-PLUS dalam menduga dan mengevaluasi kelayakan proyek pengolahan sampah menjadi sumber energi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi keterbatasan penggunaan perangkat lunak E-PLUS di Indonesia, menduga berapa besar emisi gas metana yang dihasilkan suatu landfill dan mengevaluasi biaya dan keuntungan dari pengolahan sampah untuk landfill Bantar Gebang. Dari dua model yang ada dalam perangkat lunak E-PLUS yaitu model First Order Decay dan model Waste In Place 30, didapatkan bahwa model First Order Decay memberikan nilai total emisi dugaan gas metana sebesar 2827,8 Gg lebih besar dibanding nilai total emisi dugaan model Waste In Place 30 sebesar 1888,7 Gg. Dalam penggunaan di Indonesia, model First Order Decay lebih baik dibanding model Waste In Place 30 karena dari ketersediaan konstanta untuk wilayah Indonesia, model First Order Decay telah disediakan konstanta untuk penggunaan di wilayah yang memiliki kondisi seperti Indonesia dibanding model Waste In Place 30 yang lebih cocok untuk digunakan pada wilayah yang memiliki kondisi iklim seperti Amerika. Dalam Perangkat lunak E-PLUS ini juga dilakukan analisis keuangan dengan menggunakan tiga teknik yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan Simple Payback didapatkan bahwa pengolahan sampah menjadi gas dengan model First Order Decay layak untuk dilanjutkan karena memberikan nilai NPV positif (194 miliar rupiah), nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditentukan (59 % dengan tingkat suku bunga yang ditentukan sebesar 14%) dan Simple Payback 4 tahun. Sedangkan dengan menggunakan model Waste In Place 30 tidak layak untuk dilanjutkan karena memberikan nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang ditentukan (13% denganctingkat suku, bunga yang ditentukan sebesar 14 %) dan Simple Payback yang lama (100 tahun), walaupun memberikan nilai NPV positif (5,6 miliar rupiah). jika diasumsikan jumlah sampah yang ada di landfill hanya 80% dari total sampah sekarang, dengan menggunakan model First Order Decay, proyek pengolahan sampah untuk menjadi sumber energi tetap layak untuk dilakukan. Pengolahan sampah menjadi gas merupakan salah satu cara alternatif dalam upaya menanggulangani emisi gas-gas rumah kaca khususnya metana, karena dari hasil penelitian ini didapatkan nilai emisi gas metana yang tertanggulangani cukup signifikan dan memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungan. Dari hasil pwerhitungan menggunakan model First Order Decay didapatkan emisi gas metana yang direduksi sebesar 186 Gg atau setara dengan 4.577 Gg karbondioksida (dengan nilai Global Warming potensial 24,5). dan dari model Waste In Place 30 didapatkan emisi gas metana yang direduksi sebesar 113 Gg atau setara dengan 2.777 Gg karbondioksida.