Prediksi Curah Hujan Bulanan menggunakan Teknik Jaringan Syaraf Tiruan
View/ Open
Date
2014Author
Salmayenti, Resti
Hidayat, Rahmat
Pramudia, Aris
Metadata
Show full item recordAbstract
Metode Jaringan Syaraf Tiruan telah lama dimanfaatkan dalam prediksi curah hujan bulanan. Prediktor yang digunakan berupa curah hujan historis serta indeks ENSO wilayah Nino-3.4. Pada kenyataannya, keragaman curah hujan Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh ENSO, fenomena iklim IOD juga berperan, sehingga DMI sebagai indeks kejadian IOD dapat digunakan menjadi prediktor penduga curah hujan. Wilayah dengan pola curah hujan monsunal memiliki korelasi kuat terhadap prediktor indeks ENSO dan DMI, terutama pada periode Juni-November, sedangkan wilayah dengan curah hujan ekuatorial memiliki korelasi lebih rendah. Penerapan JST model 3 pola curah hujan monsunal menghasilkan R2 0.59-0.82 dan RMSE 0.04-0.09 dengan tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan model lain. Sebaliknya, prediksi pada wilayah dengan curah hujan pola ekuatorial menghasilkan R2 rendah berkisar 0.13-0.37 dan RMSE lebih tinggi dibandingkan pola monsunal, yaitu 0.07-0.16. Rendahnya nilai R2 dan tingginya nilai RMSE menunjukkan bahwa keakuratan prediksi di stasiun pengamatan dengan pola hujan ekuatorial lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pengaruh dari indeks ENSO dan IOD sebagai prediktor terhadap keragaman curah hujan di wilayah tersebut serta adanya limitasi model pada proses iterasi. Berdasarkan empat skenario model, semakin panjang periode prediksi yang dilakukan, maka tingkat ketepatan hasil prediski akan semakin berkurang.