Show simple item record

dc.contributor.advisorMalole, Marthen B. M.
dc.contributor.advisorSendow, Indrawati
dc.contributor.authorHutapea, Lysmawati
dc.date.accessioned2023-11-07T03:56:02Z
dc.date.available2023-11-07T03:56:02Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130941
dc.description.abstractPada tahun 1998, wabah ensefalitis terjadi di Malaysia dan Singapura (CDC, 1999). Karena kedua negara ini berbatasan dengan Indonesia, maka perlu dilakukan uji uji untuk mengetahui prevalensi penyakit ensefalitis ini sekarang di wilayah yang berbatasan dengan kedua negara tersebut. Japanese encephalitis adalah salah satu penyakit yang menyebabkan radang otak mematikan dan bersifat zoonosis. Pertama-tama penyakit ini di duga disebabkan oleh virus Japanese encephalitis karena penyakit ini berhubungan erat dengan babi dan menyebabkan ensefalitis pada manusia. Virus ini termasuk ke dalam famili Flaviviridae, genus Flavivirus (Rosen, 1986). Menurut Miller (1943), virus Japanese encephalitis (JE) termasuk kedalam kelompok arbovirus sehingga dalam penyebarannya mutlak memerlukan vektor arthropoda yaitu nyamuk. Virus ini telah berhasil di isolasi dari berbagai spesies nyamuk seperti Culex spp., Aedes spp., Anopheles spp., dan Mansonia spp. Virus JE juga telah berhasil di isolasi dari lalat penghisap darah Lasiohelea taiwana dan dari caplak Haemophysalis japonica. Babi merupakan amplifier utama virus JE karena dapat membentuk titer viremia yang cukup tinggi untuk menginfeksi berbagai spesies nyamuk sebagai penular virus kepada manusia dan hewan lainnya (Buescher et al., 1959; Simpson et al., 1974). Antibodi terhadap JE pada babi dapat ditemukan lebih cepat beberapa minggu dibanding pada manusia di daerah epidemic (Ohkubo et al., 1983). Aktifitas infeksi JE dapat diketahui dengan melakukan pengamatan serologis dan virologis pada babi sentinel di daerah yang sering terjadi wabah JE (Kaeno et al., 1966), dan hal ini telah menjadi kebijaksanaan di beberapa negara untuk menangani dan mengendalikan JE secara tepat. Di Indonesia, kasus penyakit JE pertama kali dilaporkan oleh Kho et al. (1972) berdasarkan gejala klinis dan ditemukannya antibodi penghambat aglutinin terhadap virus JE dalam darah penderita. Virus JE pertama sekali diisolasi oleh van Peenan et al. (1975). Meskipun JE belum menjadi masalah yang serius di Indonesia, namun penyakit ini perlu diwaspadai untuk mencegah timbulnya wabah sehingga dampak psikologis, sosial dan ekonomi dari penyakit ini dapat dihindari. Infeksi JE di P. Bintan dapat diketahui dengan melakukan studi kasus, studi epidemiologi, isolasi virus atau uji serologis. Yang paling mungkin dilakukan adalah uji serologis, karena di P. Bintan belum pernah dilaporkan kasus ensefalitis yang disebabkan oleh JE. Sementara dengan uji epidemiologi datanya kurang akuratid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcVeterinary scienceid
dc.titleKajian serologis prevalensi infeksi virus japanese encephalitis di pulau Bintan, Kabupaten Kepulauan Riauid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record