Show simple item record

dc.contributor.advisorTarumingkeng, Rudy c.
dc.contributor.advisorNandika, Dodi
dc.contributor.authorSanti, Fitria
dc.date.accessioned2023-11-06T13:07:08Z
dc.date.available2023-11-06T13:07:08Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130862
dc.description.abstractSebagaimana di negara-negara tropika lainnya, di Indonesia rayap dikenal sebagai serangga perusak kayu dan bangunan yang sangat penting. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren merupakan jenis rayap yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada bangunan gedung. Kemampuan rayap tersebut dalam merusak bangunan gedung erat kaitannya dengan karakteristik populasinya. Sejalan dengan itu studi populasi rayap tanah C. curvignathus menjadi sangat penting antara lain melalui teknik tanda tangkap (mark recapture techniques). Dalam teknik ini diperlukan bahan penanda (dye marker) rayap yang tidak mudah hilang selama periode pengamatan. Bahan penanda yang telah digunakan di berbagai negara adalah nile blue A, sejenis bahan sintetis yang ketersediaannya terbatas. Oleh karena itu perlu diekplorasi bahan pewarna lain, baik bahan pewarna alami maupun sintetis, yang dapat dijadikan sebagai bahan penanda dalam studi populasi rayap tanah C. curvignathus Holmgren. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui keandalan empat jenis bahan pewarna alami yaitu daun suji, rimpang kunyit, daun pacar kuku, dan daun jati serta dua jenis bahan pewarna sintetis yaitu ponceau 4R dan green sebagai bahan penanda dalam studi populasi rayap tanah C. curvignathus Holmgren. Kertas saring Whatman No. 1 (diameter 8 cm) dicelupkan dalam masing- masing larutan bahan pewarna alami yang telah diekstrak kasar dengan perbandingan 1:1, 1:2 dan 1:5 (w/v), serta larutan bahan pewarna sintetis dengan perbandingan 1:20, 1:25 dan 1:50 (w/v). Masing-masing kertas saring yang telah berwarna dikeringudarakan dan diumpankan pada 100 ekor rayap pekerja dan 10 ekor rayap dan 0,75 ml air destilata. Proses penandaan dilakukan selama tiga hari. Keandalan bahan penanda ditentukan oleh tingkat kejelasan tanda, kehilangan berat kertas saring prajurit C. curvignathus dalam cawan petri (diameter 9 cm) yang berisi 2 gram pasir berwarna, dan mortalitas rayap setelah proses penandaan. Rayap yang memiliki tanda yang jelas setelah proses penandaan diuji daya tahan tandanya dalam botol kaca kecil (diameter 5 cm) yang berisi pasir dan kayu dan diamati setiap hari selama 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pewarna alami rata-rata memberikan efek warna yang kurang jelas pada tubuh rayap dengan palatabilitas terhadap kertas saring yang rendah dan tingkat kematian yang cukup tinggi.. Sementara itu bahan pewarna sintetis rata-rata memberikan efek warna yang cukup jelas pada tubuh rayap dengan palatabilitas terhadap kertas saring yang tinggi dan tingkat kematian yang rendah. Warna rayap yang ditandai dengan ponceau 4R perbandingan 1:20) bertahan selama tujuh hari, sedangkan warna rayap yang ( ditandai dengan green (perbandingan 1:20) bertahan selama enam hari. Bahan pewarna alami baik daun suji, rimpang kunyit, daun pacar kuku, maupun daun jati belum memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bahan penanda dalam studi populasi rayap tanah C. curvignathus Holmgren. Sementara bahan pewarna sintetis baik ponceau 4R maupun green relatif memenuhi syarat sebagai bahan penanda dalam studi populasi rayap tanah C. curvignathus Holmgren.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBahan pewarna alamiid
dc.subject.ddcRayap tanahid
dc.subject.ddcCoptotermes curvignathusid
dc.titleEvaluasi Beberapa Bahan Pewarna Alami dan Sintetis sebagai Bahan Penanda dalam Studi Populasi Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae)id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record