Manajemen peternakan sapi potong di kabupaten daerah tingkat II Blora serta pengaruhnya terhadap produksi dan reproduksi
View/ Open
Date
2000Author
Indahwati, Ahyuni
Astuti, Dewi Apri
Agil, Muhamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Pembangunan bidang peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat penting disamping sektor pertanian yang lebih awal menjadi tulang punggung pembangunan nasional. Agar usaha peternakan sapi perah dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, dibutuhkan suatu usaha yang optimal dalam hal penanganan peternakan sapi perah dalam hal ini adalah manajemen peternakan, kesehatan hewan serta kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas produksi susu yang dihasilkan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam studi kasus mengenai Hypocalcemia adalah mengetahui lebih jauh persepsi peternak meliputi faktor-faktor predisposisi terjadinnya penyakit, gejala klinik, pencegahan serta pengobatan terhadap kasus Hypocalcemia.
Studi kasus yang akan dilaksanakan menggunakan data primer yang didapat dengan cara wawancara langsung ke petani peternak, dokter hewan dan paramedis yang bertugas di daerah setempat sedangkan pengambilan data sekunder didapat dari laporan kejadian kasus Hypocalcemia yang tercatat dari petugas setempat, instansi terkait seperti laporan kegiatan kesehatan hewan yang telah tercatat di KPSBU Lembang. Sempel peternak yang diambil secara acak pada daerah dengan kepadatan populasi yang paling
banyak untuk mengisi kuisoner berjumlah 100 orang. Dari 100 peternak sampel (59%) sapinya pernah mengalami kejadian Hypocalcemia dan (41%) peternak sampel pada sapinya belum pernah mengalamnyai. Hasil pengobatan yang ditunjukkan dari 59 kasus kejadian Hypocalcemia, 45 menunjukkan tanda kesembuhan, sebanyak 77,88 % sapi yang diobati setelah pengobatan, langsung berdiri dalam beberapa menit, (3,39 %) berdiri namun beberapa jam setelah pengobatan, sedangkan (23,73 %) tidak menunjukan tanda tanda kesembuhan dan sapi terlihat hanya berbaring lemas tanpa ada perubahan.
Keberhasilan pengobatan Hypocalcemia di daerah Lembang tidak terlepas dari pengertian dan kesadaran yang cukup tinggi dari para peternak, terbukti dari peternak yang secara cepat untuk melaporkan kejadian penyakit ini ke petugas pada saat sapi jatuh dan tidak mampu untuk bangun.
Kegagalan pengobatan, dimana sapi tidak menunjukkan respon yang cukup berarti setelah diberikan suntikan lanjutan yang akhirnya sapi diafkir. Kemungkinan yang paling besar, adannya faktor komplikasi dengan penyakit lainnya yang menyebabkan kondisi hewan sangat menurun, keterlambatan pengobatan serta tidak dilakukan alternatif pengobatan yang lain.