dc.description.abstract | Pengembangan teknologi pembuatan balok laminasi bambu tali
merupakan suatu teknik untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan bambu yang
dapat mensubstitusi kayu utuh dan mampu mengatasi kelangkaan kayu. Balok
laminasi bambu bisa dimodifikasi menjadi balok struktur untuk dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan yang mempunyai nilai arsitektur dan estetika yang lebih tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknik pembuatan balok struktur dari laminasi bambu tali dengan penampang yang dimodifikasi dan
mengetahui sifat mekanisnya.
Dalam pembuatan balok laminasi bambu, bahan yang digunakan adalah bambu tali yang berumur 3-5 tahun yang diambil bagian pangkal bambu sampai
bagian tengah bambu (mempunyai dinding yang cukup untuk pembuatan balok laminasi) dan menggunakan perekat epoksi dengan berat labur 175 g/m². Bambu dipotong-potong berdasarkan ukuran balok yang dibutuhkan dan diserut sisinya dengan berbagai pola serutan. Dari contoh uji yang diserut tersebut kemudian dibentuk balok laminasi bambu dengan beberapa tipe lapisan. Balok laminasi bambu diuji sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis yang diuji adalah kadar air, berat jenis dan kerapatan. Adapun sifat mekanis yang diuji adalah MOE (Modulus of Elasticity), MOR (Modulus of Rupture) dan keteguhan geser rekat. Rumus yang digunakan dalam perhitungan MOE dan MOR berdasarkan ASTM D198-76 yang dimodifikasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 3 kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis balok laminasi bambu tali
tidak berbeda jauh dengan sifat fisis bambu tali baik pada bagian buku maupun
bagian ruas. Pada sifat mekanis menunjukkan bahwa bambu dengan pola tiga serutan di sisinya memiliki nilai MOE yang tinggi. Pada balok laminasi bambu dengan tipe satu lapis yang memiliki nilai MOE dan MOR yang tinggi adalah susunan mendatar. Sedangkan dari analisis pada tipe empat susunan mendatar dan untuk balok laminasi bambu dengan tipe dua lapis yang memiliki nilai MOE dan MOR yang tinggi adalah pada tipe satu sidik ragam perlakuan pola serutan, tipe laminasi tidak berpengaruh nyata terhadap kekuatan lentur dan kekakuan bahan. Nilai keteguhan geser rekat menunjukkan bahwa contoh uji yang diambil dari pasca pengujian MOE dan MOR lebih tinggi 3 % dari contoh uji geser rekat baru.
Dari hasil pengujian balok laminasi bambu, kerusakan maksimal balok pada zona pembebanan yang berupa retak-retak dan pada pasca pengujian terletak bagian ujungnya juga mengalami pecah.
Berdasarkan nilai MOE dan MOR nya Laminasi bambu Tali dapat
dimanfaatkan sebagai balok struktur karena memiliki nilai MOE dan MOR yang
tinggi sehingga memiliki kekuatan yang tinggi pula. Untuk penelitian lebih lanjut
diharapkan pengembangannya dengan memanfaatkan jenis bambu lain. penggunaan jenis sambungan lain dan memodifikasi bambu sebagai bahan balok laminasi dengan mengisi bagian dalam bambu dengan bahan lain seperti semen, pasir sehingga dapat menyerupai kayu solid. | id |