Show simple item record

dc.contributor.advisorSyafii, Wasrin
dc.contributor.advisorSari, Rita Kartika
dc.contributor.authorSutarmaji
dc.date.accessioned2023-11-06T08:31:30Z
dc.date.available2023-11-06T08:31:30Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130782
dc.description.abstractJumlah kayu yang memiliki ketahanan alami terhadap serangan organisme perusak kayu semakin berkurang, akibatnya akhir-akhir ini kayu yang kurang tahan terhadap serangan organisme perusak kayu digunakan untuk bahan bangunan. Untuk meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan organisme perusak biasanya pengawetan yang dilakukan proses pengawetan. Masalahnya, dilakukan saat ini menggunakan bahan kimia anorganik, padahal bahan kimia anorganik dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, sehingga dicari alternatif bahan pengawet yang biodegradable dari zat ekstraktif kayu Jengkol. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar zat ekstraktif kayu Jengkol yang larut dalam aseton pada fraksi n-heksan, eter, etil asetat dan residu serta pengaruhnya terhadap serangan rayap tanah jenis Coptotermes curvignathus Holmgren. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, pada Oktober sampai Desember 2004 dilanjutkan pada April sampai Juni 2005, di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi zat ekstraktif pada penelitian ini menggunakan pelarut aseton untuk merendam ±2000 gram sampel serbuk dengan kadar air 9.89% pada suhu kamar. Ekstrak aseton kemudian difraksinasi secara bertingkat dengan pelarut n- heksan, eter dan etil asetat. Fraksi terlarut dan residu kemudian dibuat kertas uji selulosa) serta 0% sebagai kontrol dengan menggunakan pelarut konsentrasi larutan ekstrak yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, 10% (w/w) berdasarkan perbandingan berat kering tanur kertas uji selulosa (berat ekstraktif per berat aseton yang masing-masing dilakukan sebanyak 3 ulangan. Pengumpanan kertas uji selulosa terhadap 50 ekor rayap tanah (45 ekor pekerja dan 5 ekor prajurit) dengan media pasir sebesar 10 gram dicampur dengan 2 ml aquades selama 4 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton kayu Jengkol adalah 1.2% dari berat kering oven serbuk (termasuk kelas rendah), terdiri dari komponen yang terlarut dalam n-heksan 0.24%. eter 0.17%, etil asetat 0.23% dan residu 0.56%. Nilai mortalitas rayap merupakan salah satu indikator aktivitas anti rayap dari zat ekstraktif. Fraksi n-heksan dari ekstrak aseton kayu Jengkol memiliki nilai mortalitas yang tinggi dibandingkan fraksi yang lain. Persentase kehilangan berat kertas uji selulosa dapat dijadikan sebagai indikasi sifat penghambat makan pada rayap. Fraksi n-heksan dari ekstrak aseton kayu Jengkol memiliki persen kehilangan berat kertas uji selulosa yang rendah dibandingkan dengan fraksi yang lain. Peningkatan konsentrasi ekstrak baik dari fraksi n-heksan, eter, etil asetat dan residu cenderung meningkatkan mortalitas rayap dan menurunkan kehilangan berat kertas uji selulosa. Berdasarkan pengujian bioassay ini menunjukkan bahwa fraksi yang memiliki sifat anti rayap tertinggi adalah fraksi n- heksan dengan konsentrasi 6%. Nilai mortalitas rayap tanah pada minggu yaitu 100%. Besarnya penurunan kehilangan terakhir pengamatan fraksi tersebut berat kertas uji selulosa tertinggi adalah fraksi n-heksan 10% yaitu sebesar 43.99%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksan dari ekstrak yang bersifat anti rayap, sehingga aseton kayu Jengkol mengandung senyawa disarankan untuk melalukan isolasi terhadap senyawa tersebut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcZat ekstraktifid
dc.subject.ddcKayu jengkolid
dc.subject.ddcPithecellobium jiringa Jackid
dc.titleSifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kayu Jengkol (Pithecellobium jiringa Jack.)id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record