dc.description.abstract | Pemanfaatan bahan baku obat-obatan terutama obat tradisional yang berasal dari tumbuhan sudah sejak lama dilakukan oleh manusia. Salah satunya adalah pule pandak (Rauvolfia serpentina Benth). Pule pandak (Rauvolfia serpentina Benth.) merupakan salah satu tumbuhan obat berkhasiat yang keberadaannya di alam sudah sangat langka. Akar tumbuhan ini mengandung alkaloid reserpin yang dapat dijadikan bahan baku obat anti hypertensi dan obat penenang.
Seperti tumbuhan obat lainnya, kebutuhan bahan baku dari tumbuhan pule pandak bagi keperluan industri jamu maupun farmasi semakin meningkat. Tingginya permintaan bahan baku dari jenis ini menyebabkan frekuensi pemanenan yang selama ini dilakukan dari alam semakin besar sehingga menimbulkan masalah. Berbagai tindakan perlu dilakukan diantaranya dengan pengembangbiakan tumbuhan ini baik secara vegetatif maupun secara generatif. Kultur jaringan dan stek merupakan salah satu alternatif pilihan dalam pengembangbiakan secara vegetatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stek mini tumbuhan pule pandak hasil kultur jaringan pada media konvensional setelah diberi zat pengatur tumbuh yaitu NAA dan IBA dengan konsentrasi 0.5 mg/l, 1.0 mg/l, 1.5 mg/l dan 2.0 mg/l. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam memproduksi pule pandak secara cepat.
Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Juli 2003.
Parameter yang diamati dalam penelitian meliputi persentase hidup, persentase stek yang berakar, pertambahan tinggi pada akhir pengamatan. Pertambahan jumlah daun, perubahan warna daun pengamatannya dilakukan setiap satu minggu sekali. Data penunjang yang juga dikumpulkan adalah suhu dan kelembaban harian rata-rata. Pengamatan dilakukan selama 15 minggu dimulai dari penanaman stek. Data yang dihasilkan disajikan dalam bentuk tabulatif dan deskriptif. Untuk mengetahui pengaruh pemberian NAA dan IBA dilakukan analisis sidik ragam dengan rancangan acak lengkap satu faktor dan uji F tabel.
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah stek yang hidup sampai dengan akhir pengamatan berjumlah 107 dari 260 ulangan, sehingga persentase stek yang hidup adalah 41.15 %. Penyebab kematian kemungkinan adalah bakteri dan jamur. Serangan bakteri ditunjukkan oleh membusuknya batang, dan pangkal stek kemudiaan tanaman mati. Sedang serangan jamur ditunjukkan oleh adanya benang- benang halus yang ada di sekitar stek. Hasil pengamatan menunjukkan stek yang masih hidup 100% mempunyai akar. Stek yang berakar seluruhnya membentuk akar serabut.... | id |