dc.description.abstract | Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan kayu juga terus meningkat. Penggunaan kayu saat ini dituntut untuk memanfaatkan kayu Hutan Tanaman Industri (HTI) dari jenis-jenis kayu yang cepat tumbuh dan mempunyai tingkat keawetan alami yang rendah, seiring dengan menurunnya jumlah kayu di hutan alam dengan keawetan tinggi. Dengan demikian, perlu diadakan suatu usaha untuk meningkatkan ава pakai kayu yakni dengan pengawetan. Permasalahan yang timbul dewasa ini adalah pengawetan yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia sintesis dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencari bahan pengawet alternatif yang lebih aman terhadap lingkungan (biodegradable) dan dapat diperbaharui (renewable). Salah satunya dengan pemanfaatan zat ekstraktif kayu Puspa sebagai bahan pengawet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat ekstraktif kayu Puspa (Schima wallichii Korth.) serta pengaruhnya terhadap serangan Coptotermes curvignathus Holmgren. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan rayap tanah Nopember 2004 hingga Januari 2005 kemudian dilanjutkan pada bulan April 2005 hingga bulan Juli 2005. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Ekstraksi zat ekstraktif pada penelitian ini menggunakan pelarut aseton.
Ekstrak aseton kemudian difraksinasi secara bertingkat dengan pelarut n-heksan,
eter, dan etil asetat. Fraksi terlarut dan residu kemudian dibuat beberapa taraf konsentrasi larutan ekstrak yaitu 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% berdasarkan
perbandingan berat kering tanur kertas uji selulosa (berat ekstraktif per berat
kertas uji selulosa (w/w)) serta 0% sebagai kontrol dengan menggunakan pelarut
aseton yang masing-masing dilakukan sebanyak 3 ulangan. Kertas selulosa diberi ekstrak hasil fraksinasi terlarut dan residu kemudian diumpankan terhadap rayap
tanah Coptotermes curvignathus Holmgren. Pengumpanan kertas uji selulosa terhadap 50 rayap tanah (45 ekor pekerja dan 5 ekor prajurit) dengan media pasir sebanyak 10 g dicampur dengan 2 ml aquades selama 4 minggu di tempat yang gelap.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagian teras kayu Puspa (Schima wallichii Korth.) mengandung 1.47% zat ekstraktif yang terlarut dalam aseton (termasuk kelas rendah). Hasil fraksinasi ekstrak aseton menunjukkan kayu Puspa (Schima wallichii Korth.) mengandung 0.25% fraksi yang larut dalam n-heksan,
0.23% fraksi eter, 0.29% fraksi etil asetat serta 0.70% residu.
Hasil pengujian bioassay menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi zat ekstraktif dalam fraksi-fraksi ekstrak aseton kayu Puspa yang ditambahkan
pada kertas uji selulosa, maka persentase mortalitas cenderung meningkat seiring dengan penurunan persentase kehilangan berat kertas uji selulosa. Ekstrak aseton terlarut dalam etil asetat merupakan fraksi teraktif yang bersifat anti rayap tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren. | id |