Show simple item record

dc.contributor.advisorPrihanto, Budi
dc.contributor.advisorWahyono, Djoko
dc.contributor.authorSaikhoni, Imam
dc.date.accessioned2023-11-06T03:58:41Z
dc.date.available2023-11-06T03:58:41Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130624
dc.description.abstractPengelolaan hutan secara berkelanjutan memerlukan pendugaan riap tegakan karena pengelolaan hutan berada pada tingkat kelestarian hasil apabila besarnya etat (jatah tebang) sama dengan besarnya riap tegakan. Penerapan teknik analisis kuantitatif (Biometrika Hutan) dalam praktek pengelolaan hutan di Indonesia masih sangat terbatas. Penerapan teknik ini masih terfokus dalam ruang lingkup Biometrika Hutan yang sempit, yaitu: dalam bidang ilmu Ukur Kayu dan Inventarisasi Hutan. Dalam bidang inipun metode yang dipergunakan masih sangat sederhana, yaitu diantaranya model stokastik untuk data peubah tunggal (Suhendang, 1994). Pada hal hutan alam tropis memiliki karakteristik yang khas, yaitu banyaknya peubah yang mempengaruhi pertumbuhan pohon. Penggunaan teknik analisis peubah ganda dalam mempelajari berbagai proses kehidupan dalam hutan alam akan lebih baik dibandingkan dengan teknik analisis peubah tunggal, mengingat besarnya pengaruh alam dalam menentukan proses tersebut. Setiap gejala yang terjadi didalam hutan yang sebenarnya merupakan resultante dari totalitas pengaruh berbagai faktor yang saling berhubungan satu sama lain yang secara bersamaan. Penggunaan teknik analisis data peubah tunggal dalam mengkaji gejala seperti ini akan menghantarkan kesimpulan yang keliru; oleh karena apabila setiap gejala itu dapat diterangkan oleh sejumlah peubah tidak bebas yang sebenarnya saling berkorelasi satu sama lain misalnya, dengan teknik analisis peubah tunggal setiap peubah tersebut dianalisis sendiri-sendiri terlepas dari peubah yang lainnya. Kesimpulan tentu akan berbeda dengan apabila untuk gejala yang sama seluruh peubah yang mencirikannya itu dianalisis secara serempak dengan menggunakan teknik analisis data peubah ganda (Suhendang, 1994). Hutan Indonesia terkenal dengan mega biodiversity, dimana pertumbuhan setiap jenis, lingkungan dan perlakuan beragam. Hal ini menyebabkan banyaknya model penduga riap diameter yang disusun dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Akan tetapi, dengan banyaknya model penduga akan menurunkan kepraktisan dalam penggunaannya, sehingga diperlukan penyederhanaan dalam pengelompokan dan penggabungan model dari model-model setiap jenis yang ada (Suhendang, 1994). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu data pengukuran keliling pohon dan pengukuran tinggi total pohon pada petak ukur permanen (PUP) 1, 2, dan 3 yang mendapatkan perlakuan yang dibuat pada hutan alam bekas tebangan di areal HPH PT. Fajar Kahayan Kalimantan Tengah dengan luas masing-masing sebesar 1,0 ha (100m x 100m). Data PUP yang digunakan adalah data pengukuran tahun 1994, 1995, 1996, 1997, dan 1998 dengan selang waktu satu...id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural Universityid
dc.subject.ddcKehutananid
dc.subject.ddcManajemen Hutanid
dc.titleAnalisis gerombol dalam penentuan model penduga riap diamter gabungan di hutan alam bekas tebangan areal JPH PT Fajar Kahayan, Kapuas, Kalimantan Tengahid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordpengelolaan hutanid
dc.subject.keywordHutan alamid
dc.subject.keywordPengukuranid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record