Show simple item record

dc.contributor.advisorKarlinasari, Lina
dc.contributor.advisorNugroho, Naresworo
dc.contributor.authorWahyuna, Media Esa
dc.date.accessioned2023-11-06T03:40:02Z
dc.date.available2023-11-06T03:40:02Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130612
dc.description.abstractSeiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan manusia akan kayu semakin meningkat. Berbagai macam produk dibuat dari kayu, mulai dari mainan anak-anak, alat rumah tangga sampai pada keperluan komponen bahan bangunan. Kebutuhan masyarakat akan kayu per tahun diperkirakan meningkat dari 3,4 juta m' pada tahun 1990 menjadi 5.1 m ditahun 2010. dimana kebutuhan bahan baku industri perkayuan di Indonesia mencapai sebesar 48.4 juta m¹. Dengan rata-rata produksi dalam 6 tahun terakhir adalah sebesar 18.1 juta m³ maka ini berarti dalam jangka waktu 6 tahun telah terjadi penurunan produktifitas hutan sebesar 37 % (Dephut, 2002). Kondisi tersebut akan menyebabkan terjadi kekurangan pasokan yang sangat besar dan perlu segera di antisipasi. Pemerintah dewasa ini mengembangkan Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai salah satu program untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku kayu. Jenis kayu yang dikembangkan di HT! biasanya adalah jenis-jenis fast growing species atau kayu cepat tumbuh, misalnya akasia gmelina, dan sengon. Salah satu ciri dari jenis kayu yang cepat tumbuh adalah kerapatan kayunya yang rendah. Kerapatan kayu yang rendah cenderung memiliki kekuatan kayu yang rendah pula, akibatnya pemanfaatan jenis-jenis kayu tersebut lebih ditujukan untuk keperluan pulp dan kertas daripada untuk kayu konstruksi. Kayu sebagai bahan alami dipengaruhi faktor-faktor genetik dan faktor- faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap silat fisis dan mekanis kayu sebagai bahan baku. Kayu gmelina sebagai salah satu jenis kayu HTI yang berdasarkan variasi sifat fisis dan mekanisnya diketahui dapat dimanfaatkan sebagai kayu pertukangan. Salah satu jenis pengujian kayu adalah secara non destruktif adalah menggunakan metode ultrasonik. Metode ini didasarkan pada kecepatan rambatan gelombang ultrasonik, berfrekuensi tinggi, yang pada beberapa penelitian terdahulu hasilnya dapat dipercaya dan dapat diterapkan pada berbagai dimensi contoh uji. Metode ini dapat diaplikasikan mulai dari pohon berdiri, kayu bulat dilapangan sampai pada contoh uji bebas cacat (CKBC) dan berbagai produk komposit. Model hubungan matematis antara pengujian secara non destruktif dan destruktif dapat mempermudah pendugaan kualitas kekuatan kayu tanpa merusak kayu sebagai bahan baku. Hal ini diharapkan dapat membantu mengetahui sedini mungkin sifat dari kayu tersebut sehingga tercapai optimalisasi dalam pemanfaatan produk kayu.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcKayu Gmelinaid
dc.subject.ddcMetode Non Destruktif dan Destruktifid
dc.subject.ddcContoh Kecil Bebas Cacat (CKBC)id
dc.titleKeteguhan Lentur Kayu Gmelina (Gmelina Arborea Roxb.) yang Diuji Secara Metode Non Destruktif dan Destruktif Pada Contoh Kecil Bebas Cacat (CKBC)id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record