Show simple item record

dc.contributor.advisorAgungpriyono, Srihadi
dc.contributor.advisorCholiq, Chusnul
dc.contributor.authorSudarija
dc.date.accessioned2023-11-06T03:15:04Z
dc.date.available2023-11-06T03:15:04Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130571
dc.description.abstractItik (Anas domesticus) atau yang di beberapa daerah dikenal dengan nama bebek menspakan jenis unggas yang selama ini diternakkan secara tradisional dengan tujuan utama sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan unggas lainnya itik hampir tidak pernah menimbulkan keresahan seperti kematian yang tinggi akibat wabah penyakit tertentu. Keadaan ini tentu menimbulkan suatu pertanyaan mengingat habitat itik sebagai unggas air yang menyukai tempat atau lingkungan yang becek sehingga resiko terkontaminasi dengan suatu agen penyakit seperti kecacingan sangat tinggi. Berbagai macam jenis cacing dapat menyerang itik baik yang dilepas maupun dikalangkan. Penularan penyakit cacing bisa melalui makanan yang tercemar telur cacing atau lewat tanah yang becek (Suharno, 2001). Salah satu penyakit kecacingan yang sering menyerang unggas adalah 'ascaridiosis" yang disebabkan oleh nematoda. Ascaridia galli, Keberadaan cacing dalam tubuh menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe 1 Hipersensitivitas tipe I adalah reaksi peradangan yang diperantarai oleh klas tertentu Imunoglobulin, khususnya Ig E yang melekat pada sel mast. Reaksi ini merupakan suatu bentuk respon rubuh terhadap faktor farmakologi aktif yang dilepaskan, misalnya antigen dari cacing (Tizard, 1988). Menurut Tizard (1988) Sel mast merupakan komponen dari sistem kekebalan tubuh yang bekerja secara lokal. Sel mast terbagi dalam dua populasi yaitu sel mast tipe makosa atau mucosal mast cell (MMC) dan sel mast tipe jaringan atau connective tissue mast cell (CTMC). Zat-zat yang terkandung dalam granula-granula sel mast tersebut adalah histamin, serotonin, leukotrin, Faktor Kemotaksis Eosinofil dari Anafilaksis (FKE-4), Faktor Kemotaksis Netrofil (FKN-A) yang masing-masing mempunyai fungsi dalam sistem tanggap kebal inang definitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil sel mast tipe mukosa (MMC) pada usus halus itik Tegal (Anas javanica) pada kondisi normal dan terinfeksi cacing Ascaridia galli. Sebanyak 15 ekor itik Tegal umur 3-5 bulan dengan berat badan 700- 1360 gram dibagi dalam 4 kelompok perlakuan yang diinfeksi dengan 4000 larva-2 (L2) Ascaridia galli dan kelompok kontrol. Sebelum perlakuan, semua itik dibebascacingkan dengan panacur (fenbendazol) dengan dosis 0,25 mg/kg BB. Hewan dinckiopsi dan usus halus difiksasi dengan larutan Carnoy's kemudian diwarnai Alcian blue pH 0,3 dan safranin O. Populasi sel mast pada kelompok kontrol dan perlakuan diamati pada minggu ke-3, 6, 9 dan 12 (M3, M6, M9 dan M12) pasca infeksi kemudian dianalisa secara deskriptif. Untuk data jumlah sel mast juga dilakukan uji sidik ragain Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel mast pada usus halus itik Tegal ke-6 berada pada kasi strategis di lamina propria. Pada kelompok kontrol dan infeksi jumlah sci masa itik Tegal sangat tinggi. Populasi sel mast cenderung menurun pada minggu dan 12 jika dibandingkan dengan minggu ke-3 tetapi tidak berbeda nyata secara statistik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAnimal Disease and Veterinary Healthid
dc.titleProfil sel mast tipe mukosa (MMC) pada usus halus itik tegal (Anas javanica) yang diinfeksi Ascaridia galliid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordAnas javanicaid
dc.subject.keywordAscaridia galliid
dc.subject.keywordworm infectionid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record