Kajian Hubungan Antara Kekuatan Cabut Paku dengan diameter paku dan berat jenis kayu pada kayu-kayu Indonesia
Abstract
Penggunaan kayu sebagai bahan bangunan masih menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia. Kayu sebagai bahan bangunan yang berfungsi untuk menahan beban yang bekerja padanya. Contoh penerapan kayu sebagai bahan bangunan, misalnya pada kerangka bangunan, kusen, kerangka atap dan sebagainya. Dalam penggunaannya kayu memiliki sifat yang mudah dikerjakan dengan alat sederhana dan mudah untuk disambung dengan alat-alat sambung, baik alat sambung mekanik maupun alat sambung perekat.
Kekuatan suatu banguan tergantung pada jenis sambungan. Baik jenis sambungan itu sendiri maupun jenis alat sambungnya. Alat sambung yang relatif murah dan mudah dikerjakan adalah alat sambung berupa paku. Mengingat sebagian besar konstruksi kayu masih menggunakan paku sebagai alat sambung, sehingga diperlukan metode yang mudah dalam mengetahui besar beban yang mampu diterima oleh sambungan tersebut. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kekuatan sambungan kayu dengan alat sambung paku. Diameter paku dan berat jenis kayu merupakan parameter yang dapat digunakan untuk melihat dan menduga besarnya beban yang bekerja pada suatu sambungan kayu. Pendugaan besar beban yang mampu bekerja pada sambungan paku dapat dilakukan terutama pada kayu-kayu yang banyak digunakan dan diperdagangkan di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar kekuatan cabut paku (beban yang mampu diterima) dalam dua tipe pembebanan, yaitu pembebanan lateral dan pembebanan withdrawal pada kayu yang berbeda berat jenisnya dan ukuran diameter paku yang berbeda. Selain itu juga untuk mengetahui persamaan model matematis kekuatan cabut paku (beban yang mampu deiterima) pada sambungan kayu dengan melihat hubungan antara kekuatan cabut paku, diameter paku, dan berat jenis
kayu dalam dua tipe pembebanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air tiap-tiap kayu yaitu kayu Sengon (Parasarianthes falcataria), Meranti (Shorea sp), Kamper (Dryobalanops aromatica) dan Bangkirai (Shorea laevis) relatif seragam. Kadar air hasil tersebut bernilai antara 19% sampai dengan 20%. Dar! hasil pengukuran dan perhitungan, berat jenisnya mampu mewakili sebaran berat jenis kayu Indonesia yang biasa diperdagangkan dan digunakan oleh masyarakat. Berat jenis tersebut berturut-turut mempunyai nilai sebesar 0.33, 0.51, 0.83, 0.99. Adanya hubungan korelasi positif antara beban yang dihasilkan dengan berat jenis kayunya dan ukuran diameter paku. Hubungan korelasi positif tersebut artinya semakin besar berat jenis kayu maupun ukuran diameter paku yang digunakan maka kekuatan sambungan paku tersebut semakin besar dalam menahan beban yang mampu diterima.
Collections
- UT - Forestry Products [2337]