Show simple item record

dc.contributor.advisorBudiman, Ahmad
dc.contributor.authorGustian, Rudi
dc.date.accessioned2023-11-03T03:09:49Z
dc.date.available2023-11-03T03:09:49Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130354
dc.description.abstractKebutuhan akan kayu untuk industri perkayuan sesuai dengan kapasitas terpasang adalah 74-80 juta m³/tahun. Jika asumsi produksi aktual kira-kira 75% dari kapasitas terpasangnya maka permintaan total kayu bulat pada industri pengolahan kayu adalah 55-60 juta m³. Sementara, suplai bahan baku dari produksi kayu bulat hutan alam hanya sekitar 6,5 juta m³, ditambah dari produksi kayu bulat yang berasal dari ijin pemanfaatan kayu, hutan tanaman dan hutan rakyat masing-masing sekitar 10 juta m³ dan 20 juta m³, sehingga mengakibatkan kekurangan suplai bahan baku kayu bulat bagi industri perkayuan sebesar 25-40 juta m³ (Forest Watch Indonesia, 2003). Upaya yang dapat dilakukan untuk mencari sumber bahan baku kayu antara lain pembangunan hutan tanaman industri (HTI) dan pemanfaatan limbah pemanenan. Limbah pemanenan kayu pada saat ini jumlahnya masih besar. Rata-rata lebih dari 1/3 kayu yang ditebang di negara tropis dibiarkan di hutan dan tidak dimanfaatkan (Danced Project, 1999; Budiaman, 2002). Informasi tingkat pemanfaatan kayu pada HTI kayu pertukangan belum banyak tersedia, karena penelitian tentang tingkat pemanfaatan kayu pada HTI kayu pertukangan, terutama dengan menggunakan metode transek jarang dilakukan. Oleh karena itu penelitian pola pemanfaatan kayu di HTI perlu dilakukan. Dari penelitian mengetahui dan menduga jumlah limbah pemanenan di pengusahaan HTI kayu ini diharapkan akan diperoleh informasi dasar potensi kayu yang tidak dimanfaatkan dan kemungkinan-kemungkinan pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk pertukangan dengan metode transek serta mengidentifikasi jenis-jenis limbah yang terjadi pada kegiatan penebangan dan kemungkinan penggunaannya, terutama untuk bahan baku kayu serpih (chippable content). Metode kuantifikasi limbah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis transek (The Line Intersect Method). Metode ini digunakan untuk menduga besarnya limbah pemanenan per satuan luas. Dalam metode ini digunakan suatu garis contoh tanpa lebar yang diletakkan di lapangan, dan limbah yang akan diukur adalah semua limbah yang memotong garis transek tersebut. Dari 11 garis transek yang dibuat dengan panjang antara 80-140 m dan jarak antar garis 20 m, diperoleh 60,1 m³/ha dengan jumlah sortimen limbah sebanyak 1088 sortimen dengan volume potensi tegakan (standing stock volume) sebesar 357,2m³/ha, maka dapat diketahui persentase limbah pemanenan (residue factor) yang tertinggal di petak tebangan adalah sebesar 16,8%. Dari nilai tersebut diperkirakan bahwa tingkat pemanfaatan kayu bulat (recovery rate) adalah sebesar 83,2% atau 297,1 m³/ha. Dari hasil grading diperoleh limbah total sebesar 13,7 m' dengan rata-rata volume per sortimen sebesar 0,01 m. rata-rata diameter pangkal 9,0 cm dan rata-rata…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcKayuid
dc.subject.ddcLimbah pemanenanid
dc.subject.ddcMetode garis Transekid
dc.titleKuantifikasi Limbah Pemanenan Hutan Tanaman Industri Kayu Pertukangan dengan Metode Garis Transek (The Line Intersect Method), Studi kasus di BKPH Cikeusik, KPH Banten, Perum Perhutani Unit HII Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record