Show simple item record

dc.contributor.advisorSiregar, Iskandar Z
dc.contributor.advisorSitumorang, Jonner
dc.contributor.authorRosdayanti, Henti
dc.date.accessioned2023-11-02T06:57:31Z
dc.date.available2023-11-02T06:57:31Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130270
dc.description.abstractJelutung bukit (Dyera costulata Hook.f.) dikenal sebagai penghasil kayu berkualitas sedang (kelas III) dan latex (gum) yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan kayu dan gum jelutung untuk kebutuhan industri terus meningkat sedangkan populasi jelutung yang tersedia di alam terus menipis. Kayu jelutung sebagai bahan baku industri pensil dan latex sebagai bahan baku permen karet, pada kenyataannya masih diambil dari pohon yang tumbuh secara alami, dengan tidak dilakukannya penanaman kembali, sehingga populasi kayu jelutung di alam terancam punah. Karena itu perlu alternatif penyediaan bahan baku industri dengan membangun hutan jelutung. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan hutan tersebut adalah sulit menyediakan bibit dalam jumlah banyak, karena biji jelutung susah didapat dan pembiakan vegetatif dengan stek dan cangkok keberhasilannya masih rendah. Sebagai solusinya maka harus dilakukan pembiakan vegetatif melalui kultur in vitro. Tahapan yang paling penting dalam kultur in vitro adalah induksi tunas dan induksi akar. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan terutama dipengaruhi oleh faktor genetik (klon) dan lingkungan (dalam hal ini Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang ditambahkan). Klon yang dicobakan dalam induksi tunas adalah Dc09, Dell De15, D1, DC36 Do, sedangkan ZPT yang digunakan auksin (NAA 0 ppm; 0,005 ppm; 0,01 ppm; 0,02 ppm dan 0,05 ppm) yang dikombinasikan dengan BAP (0 ppm; 0,5 ppm dan 1 ppm). Pada induksi akar klon yang dicobakan DC104, DC109, DCL11 DC127, DC.36, Dc39, dengan ZPT yang ditambahkan auksin tunggal (NAA:0 ppm; 0,2 ppm: 0,3 ppm dan 0,5 ppm). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh klon dan ZPT optimum untuk setiap klon yang dicobakan pada pertumbuhan tunas dan akar. Dari hasil penelitian terlihat bahwa faktor klon berpengaruh terhadap parameter persentase eksplan bertunas dan jumlah tunas pada penelitian induksi tunas serta persentase eksplan berakar dan jumlah akar pada penelitian induksi akar. Secara umum pada induksi tunas, klon Dc4.09 menghasilkan persentase eksplan bertunas dan jumlah tunas tertinggi dibandingkan klon lainnya, sementara itu, untuk faktor ZPT, hasil terbaik ditunjukan oleh perlakuan media tanpa NAA sampai penambahan NAA 0,005 ppm dengan kombinasi penambahan BAP 0,5-1 ppm. Hasil pengamatan diperoleh bahwa untuk induksi tunas yang optimum pada tiap klon membutuhkan konsentrasi ZPT yang ditambahkan berbeda, dengan konsentrasi NAA lebih kecil dari pada konsentrasi BAP. Pada induksi akar, klon Dc, menghasilkan persentase eksplan berakar dan jumlah akar paling banyak, dimana secara umum induksi akar tiap klon membutuhkan auksin optimum tertentu. Untuk persentase eksplan berakar, dua klon optimum pada...id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural Universityid
dc.subject.ddcKehutananid
dc.subject.ddcManajemen Hutanid
dc.titlePerbanyakan jelutung bukit, Dyera costulata Hook.f. melalui kultur in vitroid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordJelutung In vitroid
dc.subject.keywordpermintaan kayu jelutungid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record