| dc.description.abstract | Pemerintah, khususnya departemen kehutanan telah membangun hutan tanaman untuk mengantisipasi kurangnya ketersedian kayu dari hutan alam. Salah satu di antara hutan tanaman yang dibangun yaitu hutan tanaman industri (HTI) untuk kayu pulp dengan jenisnya adalah Acacia mangium, Ecalyptus sp, dan Gmelina arborea. Kegiatan pemanenan di HTI tersebut menghasilkan limbah sebanyak 20% dari total volume produksi (Anonim, 2004). Industri rayon di Indonesia tidak ada. Padahal Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai teknologi pemanfaatan limbah tersebut. Salah satu manfaatnya adalah sebagai bahan baku pulp rayon. Jenis yang digunakan adalah limbah kayu Gmelina arborea.
Limbah Gmelina dijadikan serpihan berukuran 2,5x2,5x0,3 cm. Serpih tersebut diberi perlakuan prahidrolisis selama 3 jam dengan variasi pH 5, 7, dan 9, suhu maksimum 160C, dan perbandingan larutan dengan bahan yaitu 4:1. hasil prahidrolisis dijadikan pulp dengan proses sulfat selama 4 jam dengan variasi konsentrasi alkali aktif 16-18%, sulfiditas 25%, suhu maksimum 170C, dan perbandingan larutan dengan bahan 4:1. hasilnya dinamakan pulp belum putih. Pulp tersebut diputihkan dengan tahapan klordioksida I (D), ekstraksi alkali I (E), klordioksida II (D), ekstraksi alkali II (E), klordioksida III (D), dan pengasaman (A). Selanjutnya pulp tesebut diuji sifat-sifat pulp rayonnya. | id |
