Perbandingan standar pengujian keawetan kayu terhadap serangan rayap tanah skala laboratorium (SNI 01.7207-2006 dan JIS K 1571-2004)
Abstract
Lebih kurang 90% dari 4000 jenis kayu yang dimiliki oleh Indonesia belum diketahui sifat dan kegunaannya (Mandang dan Pandit 1997). Oleh karena itu diperlukan standar pengujian untuk mengetahui sifat-sifat kayu tersebut, salah satunya adalah sifat keawetan kayu. Standar pengujian keawetan kayu yang digunakan di Indonesia adalah SNI 01.7207-2006. Tahapan prosedur dalam standar pengujian ini kurang jelas dan bersifat umum. Ketidakjelasan tahapan prosedur dalam standar ini memungkinkan terjadinya kesalahan pemahaman dan pelaksanaan pada saat pengujian sehingga data yang dihasilkan tidak benar. Di lain pihak, standar pengujian keawetan kayu yang dimiliki oleh Jepang (JIS K 1571-2004) mudah untuk dipahami karena instruksinya lebih jelas dan terdapat nilai standar untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengujian.
Penelitian ini menggunakan kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.), kayu Sugi (Cryptomeria japonica (L.f) D. Don), dan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi standar SNI 01.7207-2006 dengan cara membandingkannya dengan standar JIS K 1571-2004, mengetahui kekurangan standar SNI 01.7207-2006, serta memberikan saran-saran untuk memperbaiki kualitas standar SNI 01.7207-2006. Parameter pembanding antara kedua standar pengujian ini adalah nilai kehilangan berat kayu, mortalitas rayap, dan feeding rate rayap.
Nilai kehilangan berat kayu, mortalitas rayap, dan kemampuan makan rayap secara berurut pada pengujian keawetan kayu terhadap serangan rayap tanah yang menggunakan metode SNI 01.7207-2006 dengan contoh uji kayu Karet adalah sebesar 28,23%, 94,30%, dan 0,48 mg/ekor/minggu; dan pada metode JIS K 1571-2004 dengan contoh uji kayu Sugi adalah sebesar 16,75%, 74,93%, dan 0,42 mg/ekor/minggu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa setelah dilakukan perbaikan terhadap instruksi pengujian standar SNI 01.7207-2006, nilai kehilangan berat contoh uji kayu yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar penetapan kelas awet kayu. Berdasarkan nilai rata-rata kehilangan berat contoh uji kayu pada pengujian, maka kayu Karet termasuk kelas awet V dan Kayu Sugi termasuk kelas awet IV terhadap serangan rayap tanah. Nilai tersebut sesuai dengan literatur kelas awet masing-masing kayu. Nilai mortalitas dan kemampuan makan rayap kedua metode pengujian tidak jauh berbeda, tetapi nilai kehilangan beratnya berbeda nyata. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh jenis dan volume contoh uji kayu, jenis media uji, jumlah rayap uji, komposisi kasta rayap uji, serta lama waktu pengujian. Tahapan prosedur mengenai komposisi kasta rayap, ukuran botol uji, kadar air media, tahapan persiapan contoh uji, dan rumus kehilangan berat yang dilakukan pada penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperbaiki kualitas standar pengujian SNI 01.7207-2006.
Collections
- UT - Forestry Products [2325]