dc.description.abstract | Masalah kebakaran hutan di Indonesia telah menarik perhatian dunia bahwa
ternyata "hutan tropika basah" juga bisa terbakar. Namun perlu disadari bahwa dibalik itu
ada hal penting, yaitu faktor iklim yakni unsur cuaca yang mendukung terjadinya
kebakaran hutan. Adanya musim kemarau yang panjang membuat bahan bakar hutan
menjadi kering dan mudah terbakar. Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
kemudahan terjadinya kebakaran hutan adalah faktor iklim yang berpengaruh pada kadar
air bahan bakar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan unsur cuaca dengan
kadar air bahan bakar permukaan tegakan Pinus merkusii dan Gmelina arborea. Dari hasil
bisa dilihat bagaimana fluktuasi kadar air bahan bakar permukaan tegakan Pinus merkusii
dan Gmelina arborea.
Penelitian ini dilakukan di bawah tegakan Pinus merkusii dan Gmelina arborea di
Desa Cangkurawok dan di Laboratorium Kebakaran Hutan dan Laban, Fakultas Kehutanan,
IPB. Penelitian ini memakan waktu selama dua bulan dari bulan Mei sampai Juli 2004.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serasah Pinus merkusii dan
Gmelina arborea dan tumbuhan bawah yang ada di bawah kedua tegakan tersebut. Serasah
dan tumbuhan bawah diambil dengan cara membuat petak contoh berukuran 1x1 m. Bahan
bakar kemudian dipilah-pilah menjadi bahan bakar hidup dan bahan bakar mati (ranting,
daun, buah). Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara pengovenan selama 24 jam pada suhu I 05 °C terhadap 3 ulangan untuk masing-masing jenis bahan bakar.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian rata-rata kadar
air bahan bakar hidup Pinus merkusii tertinggi sebesar 321 % dan terendah sebesar 161 %
dengan · rata-rata total sebesar 240 %. Sedangkan pad a Gmelina arborea, rata-rata kadar air bahan bakar hidup tertinggi sebesar 480 % dan terendah sebesar 267 %. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa kadar air bahan bakar hidup pada tegakan Pinus merkusii dan
Gmelina arborea berfluktuasi selama periode penelitian. Hal ini disebabkan karena kondisi
cuaca dan adanya variasi jenis tumbuhan bawah pada kedua tegakan tersebut.
Pada kadar air bahan bakar mati di bawah tegakan Pinus merkusii diperoleh bahwa
rata-rata kadar air tertinggi pada ranting sebesar 83 %, buah sebesar 78 % dan terendah
pada daun sebesar 62 %. Sedangkan pada tegakan Gmelina arborea, rata-rata kadar air
tertinggi pada buah sebesar 315 %, daun sebesar 105 % dan terendah pada ranting sebesar
84 %. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah kadar air bahan bakar pada
kedua tegakan terutama dikaitkan dengan unsur cuaca dan bentuk morfologinya. Bahan
bakar yang terdapat di lokasi penelitian digolongkan ke dalam bahan bakar halus yang
terdiri atas ranting, daun, buah, dan tumbuhan bawap yang sangat mudah dipengaruhi
lingkungan sekitarnya, mudah mengering dan mudah pula menyerap air.
Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan di bawah tegakan Pinus merkusii dan
Gmelina arborea sebagai data primer, sedangkan curah hujan, evaporasi dan radiasi
matahari merupakan data sekunder dari Stasiun Klimatologi Darrnaga-Bogor.
Untuk mengetahui hubungan faktor iklim yaitu unsur cuaca dengan kadar air bahan
bakar hidup dan bahan bakar mati dibuat suatu model regresi dimana kadar air sebagai
variabel tidak bebas (Y) dan unsur cuaca sebagai variabel bebas (X). Dari hasil analisa
akan diperoleh suatu model persamaan yang memiliki nilai R2 > 50 % sehingga dapat
digunakan untuk memprediksi. kadar air bahan bakar permukaan.
Kadar air bahan bakar hidup maupun kadar air bahan bakar mati Pinus merkusii
memiliki model persamaan terbaik dengan curah hujan, kecuali kadar air daun yang
memiliki model persamaan terbaik dengan penyinaran matahari. Kadar air bahan bakar
hidup Gmelina arborea memiliki persamaan terbaik dengan evaporasi. Kadar air bahan
bakar mati Gmelina arborea memiliki model persamaan terbaik dengan curah hujan,
kecuali kadar air daun yang memiliki model persamaan terbaik dengan penyinaran
matahari…dst | id |