Penataan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat
View/ Open
Date
2005Author
Sonatha, Ciska Faktoria
Hardjoprajitno, Soedari
Hadjib, Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Penataan hutan merupakan upaya pembagian areal hutan ke dalam blok-blok
sesuai dengan fungsi dan kemampuannya serta selaras dengan rencana pengelolaan
guna mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari. Penataan hutan diterapkan pada
kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat mengingat peran HPGW sebagai hutan
pendidikan serta sebagai miniatur bagi pengelolaan hutan secara lestari. Penataan
HPGW ini dengan menggunakan perangkat Sistem lnfonnasi Geografis (SJG).
Dalam rangkaian kegiatan penataan hutan, hasil penatagunaan hutan dengan
metode skoring (perhitungan matematis) sena mempertimbangkan kriteria penetapan
hutan lindung (non-matematis) menunjukkan bahwa areal HPGW terbagi dalam 2
kelas/fungsi hutan yaitu areal produksi (279,6 Ha) dan areal lindung (83,2 Ha).
Metode skoring didasarkan pada SK Menteri Pertanian No.83 7 /Kpts/Um/11 / 1980
tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung dirhana areal lindung adalah
areal yang memiliki nilai skor (NS) lebih dari 150 dan memenuhi kriteria penetapan
hutan lindung. Areal produksi adalah areal yang memiliki skor kurang dari 150 dan
tidak memenuhi kriteria penetapan hutan lindung.
Tata ruang HPGW membagi areal produksi efektif ke dalam 3 kelas
perusahaan berdasarkan 3 jenis tegakan yang dominan yaitu pinus (Pinus merkusiiJ.
agathis (Agathis foranth{folia), dan puspa (Schima walichii). Kelas Perusahaan Pinus
direncanakan dikelola dengan menggunakan daur 25 tahun sehingga terbagi dalam 25
petak dengan kisaran luasan 1,004-3,92 Ha. Kelas Perusahaan Agathis menggunakan
daur yang sama yaitu 25 tahun, dan terbagi dalam 25 petak dengan luasan petak
antara 1,239 Ha hingga 1,765 Ha. Adapun Kelas Perusahaan Puspa terbagi dalam 40
petak karena menggunakan daur 40 tahun. Luasan petak pada kelas perusahaan ini
berkisar dari 1,735 Ha hingga 2,898 Ha.
Batas petak diupayakan mengikuti garis kontur serta memanfaatkan saranaprasarana
yang ada (misalnya jalan). Perbedaan bonita, urnur, kerapatan bidang dasar
(KBD), dan jenis tegakan memungkinkan menjadikan petak terbagi ke dalam anak
petak. Adanya tegakan campuran serta sarana-prasarana merancukan jaringan petak
kerja sehingga kurang sesuai dengan gambaran kelestarian. Hal ini menjadikan petak-petak pada kelas perusahaan tidak kompak.
Agar jaringan petak kerja sesuai gambaran kelestarian, maka perlu upaya
mengatasi masalah diantaranya dengan megubah tegakan campuran sesuai dengan
tegakan pada kelas perusahaan, atau dengan rekonstruksi ulang sarana-prasarana yang
ada. Dengan demikian diharapkan terbentuk petak-petak yang kompak sehingga
terjamin kelestarian produksi dimana merupakan syarat bagi pengelolaan hutan
secara lestari.
Collections
- UT - Forest Management [2977]