Studi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterbakaran Gambut Saprik
Abstract
Lahan gambut merupakan lahan yang sangat rentan terhadap bahaya
kebak.aran hutan karena kebakaran yang sering terjadi pada lahan ini adalah
kebak.aran bawah yang sulit dideteksi sehingga api yang menjalar di bawah
permukaan tanah akan terus menjalar dan membakar semua vegetasi yang ada di
sekitarnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara kadar air
dengan kerapatan limbak, kadar air dengan persentase terbakar gambut, kadar air
dengan kecepatan terbakar gambut dan menentukan pengaruh suhu dan lamanya
waktu penyulutan terhadap kesempumaan proses pembakaran gambut. Manfaat
peneli tian ini adalah diharapkan dapat berguna dalam rangka penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan terutama di lahan-lahan gambut sesuai dengan jenis dan
kadar air yang dimiliki sehingga dapat menjadi acuan sistim pencegahan dini (early
warning system) tingkat bahaya kebakaran hutan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2002 yang berlokasi di
Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor, dan Laboratorium Generologi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Metode pengambilan data dilakukan dengan menganalisis kadar air, kerapatan limbak
dan kadar abu. Setelah diketahui kadar air, dilakukan dua kali uji pembakaran yaitu
pada saat pengovenan pertama (dengan kadar air antara l 00,8 - l 71,0%) clan
pengovcnan kedua atau dikering anginkan hingga sampel dapat terbakar sernpurna
(dengan kadar air antara 1,0 - 5,2%) untuk menentukan persentase terbakar,
kecepatan terbakar, pengaruh suhu dan lamanya waktu penyulutan terhadap
kesempurnaan proses pembakaran.
Persamaan regresi menunjukkan hubungan antara kadar air dan kerapatan
limbak sebesar 82% dengan koefisien determinasi sebesar 67% dengan persamaan
regresi Y =(a+ bx) I (1 +ex+ dx2).Tingkat keeratan antara kadar air dan persentase
terbakar gambut sebesar 92% dengan koefisien determinasi antara kedua variabel
sebesar 84% (Y =a+ bx+ cx2+ dx3 ). Hubungan kadar air dan kecepatan terbakar
gambut sebesar 59% dengan koefisien determinasi sebesar 35% (Y = a+ bx+ cx 2 +dx3). Bentuk hubungan antara kadar air (X) dengan semua variabel tidak bebas
(Y) berbanding terbalik, hal ini menunjukan bahwa semakin besar kadar air maka
semakin kecil kerapatan limbak, persentase dan kecepatan terbakamya gambut.
Uji pembakaran dari 24 sampel yang dilakukan, ditemukan 87,5% sampel dapat
terbakar sempurna pada suhu penyulutan berkisar antara 309 - 670°C dan 22,5%
sampel sisanya padarn pada menit ke 30 dan 60 dengan suhu penyulutan berkisar
antara 309 - 387°C. Pengaruh waktu penyulutan menyebabkan 87,5 % sampel dapat
terbakar seinpurna pada rentang waktu 150 sampai 180 detik dan 22,5% sampel sisa
padam dengan rentang waktu penyulutan antara 90 - 150 detik.
Pengukuran suhu dalam uji pembakaran dilakukan tiga kali sesuai kedalaman
bahan bakar pada waktu yang telah ditentukan. Pembakaran pada kedalaman 1 cm.
suhu rata-rata pada menit ke 10 mencapai 230°C dan pada menit ke 60 suhu rata-rata
3 l 2°C. Suhu rata-rata pada kedalaman 2,5 cm yang diukur pada 10 menit pertama
mengalarni kenaikan dari l 12°C menjadi 283°C pada menit ke 60 sehingga
memberikan radiasi panas pada garnbut di bawahnya (kedalaman 5 cm) yang
memiliki suhu rata-rata 188°C pada menit ke 60 dapat mencapai 388°C pada menit
ke 150. Pernbakaran akan berlangsung dengan suhu konstan pada suhu rata-rata
418 - 420°C sampai pada rnemt ke 360 dan pada menit 360 - 420 suhu mengalami
penurunan yang sangat drastis setelah semua bahan bakar berubah menjadi abu.
Collections
- UT - Forest Management [2977]