Show simple item record

dc.contributor.authorWidyawati, Aryani
dc.date.accessioned2010-05-05T12:12:03Z
dc.date.available2010-05-05T12:12:03Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12765
dc.description.abstractHypocalcemia merupakan suatu gangguan metabolisme pada sapi perah dapat terjadi sebelum, sewaktu, atau beberapa jam sampai dengan 72 jam setelah melahirkan. Kejadian ini ditandai dengan penurunan yang tiba-tiba kadar calcium darah dari jumlah normal 9 - 10 mg per 100 m1 menjadi 3 - 7 mg per 100 m1 darah. Calcium di dalam tubuh diperlukan untuk pengaturan mekanisme tubuh, pertumbuhan dan r~produksi. Pengaturan calcium di dalam tubuh melibatkan beberapa faktor yaitu hormon parathyroid, thyrocalcitonin dan vitamin D. Kekurangan calcium dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi yang utama adalah karena dibutuhkannya sejumlah besar calcium untuk laktasi. Penyebab hypocalcemia yang sebenarnya belum diketahui tetapi faktor yang mendorong terjadinya hypocalcemia ada beberapa macam yaitu umur, kepekaan ras, ketidakseimbangan ransum, produksi susu tinggi, partus dan stres. Gejala yang terlihat adalah nafsu makan menurun atau sapi tidak mau makan sarna sekali, jatuh dan tidak mampu untuk berdiri meskipun ada usaha untuk berdiri. Pada kondisi yang sangat parah ditandai dengan kembung, hewan berbaring pada sternum dengan kepala ditarik ke arah belakang dan menyandarkan pada bahunya, hewan menjadi tidak sadarkan diri dan koma. Namun pada kasus di lapangan yang sering terjadi adalah hewan ditemukan telah berbaring dilantai kandang disusul dengan kembung dan jika tidak segera ditangani dapat berakhir dengan kematian. Untuk mencegah teIjadinya hypocalcemia dapat dilakukan dengan pemberian ransum dengan kandungan calcium yang rendah disertai phosphor yang tinggi selama masa kering kandang, mempertahankan nafsu makan pada waktu me1ahirkan dan pemberian vitamin D dosis tinggi. Berdasarkan hasH wawancara dengan 100 peternak sampel diketahui sebanyak 34 peternak mengatakan sapinya pernah menderita hypocalcemia. Dari 34 peternak tersebut, terdapat 49 ekor sapi yang pernah mengalami hypocalcemia. Kejadian paling sering teIjadi beberapa jam setelah melahirkan (77,5 %) dan hypocalcemia paling banyak terjadi pada laktasi ketiga (44,9 %). Pengobatan yang biasa dilakukan adalah suntikan preparat calcium yaitu calcitad 50 atau calcidex® plus. HasH pengobatan menunjukkan 46,9 % dapat sembuh meskipun beberapa sapi berdiri dalam waktu yang lama. Kegagalan pengobatan dapat terjadi karena adanya komplikasi penyakit lain, keterlambatan pengobatan serta tidak dilakukan alternatif pengobatan lain. Sedangkan keberhasilan pengobatan hypocalcemia tidak terlepas dari kesadaran peternak untuk segera melaporkan kejadian penyakit ini dan keahlian dari petugas kesehatan hewan dalam mendiagnosa yang cepat dan tepat, sehingga kerugian akibat hypocalcemia dapat ditekan.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleKejadian Hypocalcemia pada Sapi Perah Serta Faktor Pendukungnyaid
dc.title.alternative{Suatu Studi Kasus Di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Cibungbulang Bogorid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record