Daerah Jelajah dan Model Kesesuaian Habitat Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) Pasca Translokasi
Date
2023Author
Pahlevi, Farhan Reza
Prasetyo, Lilik Budi
Priatna, Dolly
Metadata
Show full item recordAbstract
Harimau Sumatra merupakan mamalia yang terancam punah di Indonesia. Oleh karena itu, harimau memainkan peran pengaturan yang penting dalam menjaga ekosistem yang sehat dengan memberikan tekanan dari atas ke bawah terhadap komunitas mangsa dan kepunahannya dapat menyebabkan dampak negatif. Translokasi menjadi pilihan ketika lokasi konflik sudah tidak memungkinkan lagi sebagai habitat harimau, perubahan lanskap dari homogen menjadi heterogen menyebabkan perubahan keanekaragaman hayati yang berdampak pada perubahan sumber daya. Kajian ekologi tentang aspek pemanfaatan ruang dan karakteristik kesesuaian habitat oleh harimau yang ditranslokasikan perlu dilakukan untuk membesar peluang hidup. Namun demikian, area yang cocok bisa berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk berdasarkan keberhasilan pengelolaan habitat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daerah jelajah dan pemilihan daerah yang sesuai berdasarkan metrik lanskap oleh harimau translokasi.
Harimau translokasi barasal dari barumun nagari hasil perkembang biakan secara alami. Pengumpulan data titik kehadiran kalung GPS di setting satu jam dilakukan pada bulan Juni–September 2022 di Taman Nasional Kerinci Seblat . Penelitian dilakukan melalui pengembangan model sebaran spesies dengan menggunakan program Minimum Convex Polygon (MCP), Fixed kernel (FK) dan model Maximum entropy (Maxent) dengan variabel lingkungan lanskap indeks dan topografi yang di dapatkan dari peta tutupan lahan yang di klasifikasikan. Metode-metode ini sangat berguna untuk penilaian skala besar dan dapat memberikan informasi berharga mengenai dinamika fragmentasi hutan.
Waktu paling aktif harimau ada pagi hari (06.00-08.95) harimau sumatra translokasi menggunakan habitat utama dengan proporsi yang sama baik pada siang maupun malam hari. Menggunakan metode MCP mendapat wilayah jelajah 492,60 km2 dan 95% Fixed Kernel diperkirakan ukuran daerah jelajah jantan antara 12,48 km2 . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa harimau translokasi tidak menjadikan areal pelepasliarannya sebagai bagian dari daerah jelajahnya. Mereka membangun daerah jelajahnya pada jarak 14,64 km dari lokasi dimana mereka dilepas-liarkan. Karakteristik habitat yang disukai harimau translokasi adalah lansekap mosaik hutan sekunder perpaduan antara hutan dataran rendah yang berada pada elevasi di bawah 1.000 meter dpl.
Penelitian ini menghasilkan pemodelann harimau sumatra dengan nilai AUC 0,88 dan standar deviasi 0,011 artinya berkinerja baik yang bisa digunakan untuk mengukur presence dalam model prediksi kehadiran harimau sumatra. Hasil penelitian ini juga mengidentifikasi dan memetakan habitat harimau di TNKS sehingga menghasilkan habitat sesuai dengan luas 485.424 ha (35,78%) dan habitat tidak sesuai dengan luas 871.322 ha (64,22%) dari luas. Kontribusi total tepi hutan sangat dominan dengan proporsi pada model ini sebesar 35,5% dan proporsi luas kelas 27,5%.
Keberadaan dan susunan demografi harimau lokal di lokasi pelepasliaran, serta kecukupan ketersediaan satwa mangsa utama harus menjadi bahan pertimbangan dalam pelepasam. Sangat penting untuk memastikan bahwa lokasi translokasi potensial bebas dari gangguan manusia yang dapat membahayakan harimau karena beberapa harimau sumatra yang ditranslokasi telah terbunuh oleh jerat (baik yang dipasang oleh masyarakat untuk melindungi ladang dari hama babi hutan maupun yang sengaja dipasang oleh pemburu). Sebelum translokasi harimau dimulai, perlu juga dilakukan penilaian sosial terhadap lingkungan di sekitar lokasi translokasi.
Kata kunci: harimau sumatra, kesesuaian habitat, maxent, pergerakan, pemodelan spasial
Collections
- MT - Forestry [1415]