Show simple item record

dc.contributor.authorAsrul
dc.date.accessioned2010-05-05T12:06:25Z
dc.date.available2010-05-05T12:06:25Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12739
dc.description.abstractDalam meningkatkan populasi dan mutu genetik temak telah diupayakan penerapan bioteknologi dibidang reproduksi seperti Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio (TE). Dalam program transfer embrio, upaya untuk mendapatkan sel telur dalam jumlah banyak dilakukan superovulasi dengan menyuntikan hormon gonadotropin. Hormon yang umum dipakai adalah Follicle Stimulating Hormone (FSH) atau Pregnant Mare's Senml Gonadotropin (PMSG). Banyaknya korpus luteum yang berkembang di dalam ovarium sesudah penyuntikan hormon gonadotropin akan memberikan gambaran tentang keberhasilan superovulasi pada temak. Iumlah sel telur yang diperoleh akan cenderung menurun tingkat fertilitasnya . seiring dengan bertambahnya umur sapi dan adanya superovulasi berulang (Hasler et al.,1983). Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi bangsa Friensian Holstein (FH) yang ada di Balai Embrio Temak Cipelang, Bogor. Sapi yang digunakan berjumlah 24 ekor dikelompokan dalam umur: a) 2-3 tahun, b) 4-5 tahun dan c) 6-7 tahun. Superovulasi dilakukan dengan penyuntikan hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dua kali sehari selama 4 hari yang dilakukan pada hari ke-9 sampai hari ke-12 setelah estrus. Pada hari ke 11 disuntikan hormon prostaglandin (pGFza) untuk meregresikan korpus luteum. Dua hari setelah penyuntikan PGF2U dilakukan Inseminasi Buatan (IB) pada saat estrus. Tujuh hari setelah IB dilakukan koleksi embrio dengan cara pembilasan (flushing) dan evaluasi embrio. Parameter yang diamati dalam pengkajian ini adalah respon superovulasi pada berbagai kelompok umur pada sapi perah terhadap jumlah corpus luteum kualitas embrio yang terkoleksi setelah dilihat pada superovulasi pertama dan kedua. Umumnya jumlah korpus luteum yang terbentuk lebih banyak pada ovarium kanan. Persentase respon ovarium pada sebelah kanan relatif lebih besar daripada sebelah kiri. Rata-ratajumlah korpus luteum pada ovarium kanan di semua kelompok umur sapi 48,3 (53,8 %) dan 36,3 (55,6 %) sedangkan sebelah kiri 41,3 (46,2 %) dan 29,7 (44,4 %) masing terjadi pada superovulasi pertama dan kedua. Kecenderungannya rata-rata jumlah korpus lutem lebih baik pada umur yang muda (2-3 tahun) dari yang tua (6-7 tahun). Rata-rata embrio laik transfer dan tidak laik transfer dari superovulasi pertama dan kedua pada berbagai kelompok umur tidak berbeda nyata (P>O,05). Persentase embrio laik transfer disemua kelompok umur memperlihatkan nilai yang cenderung besar dari nilai persentase embrio tidak laik transfer, kecuali umur pada kelompok umur dua-tiga tahun. Persentase embrio laik transfer yang besar terdapat pada sapi kelompok umur empat-lima tahun dan enamtujuh tahun. Hasil superovulasi kedua menggambarkan kelompok umur empat-lima tahun memiliki nilai persentase laik transfer yang paling besar (55,2 %) dibandingkan kelompok umur dua-tiga tahun (36,4 %) dan enam-tujuh tahun (47,2 %). Oleh karena itu dalam kajian ini dapat disimpulkan respon ovarium yang baik dilihat dari jumlah korpus luteum terjadi pada kelompok umur yang lebih muda (2-3 tahun). Dengan kualitas embrio menunjukkan jumlah yang tidak berbeda nyata (P>O,05), namun nilai persentase yang laik transfer yang baik terjadi pada kelompok umur yang lebih tua (4-5 tahun ).id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleKeberhasilan superovulasi pada berbagai umur sapi ditinjau dari jumlah korpus luteum dan kualitas embrio" (Superol'u/atory res pons by means the number of corpus /uteum and embryo quality in different ages of cows)id
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record