Show simple item record

dc.contributor.authorTatra, Gayatri Joan
dc.date.accessioned2010-05-05T12:04:51Z
dc.date.available2010-05-05T12:04:51Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12733
dc.description.abstractSehubungan dengan api sebagai salah satu alat yang mudah, murah dan efektif dalam pembukaan lahan, yang apabila tidak digunakan secara baik dan benar maka akan menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan, perladangan tradisional dikenal dengan kearifannya terhadap hutan karena peladang menyadari bahwa hutan disekitar ladang mereka memberikan kontribusi yang besar dalam kehidupannya. Peladang memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik penggunaan api yang baik, tentunya disesuaikan dengan kondisi alam setempat agar tidak menjalar dan tidak menyebabkan terjadinya kebakaran hutan. Untuk itu perlu adanya upaya untuk mengetahui tentang teknik-teknik penggunaan api yang dipakai peladang. Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk menggali kearifan tradisional masyarakat Desa Lapodi Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara dalam penggunaan api untuk pembukaan lahan. Penelitian ini dilakukan di Desa Lapodi Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara selama 2 bulan mulai dari bulan April sampai dengan Juni tahun 2008. Bahan dan alat yang digunakan terdiri dari alat tulis, kamera, seperangkat komputer, peta kerja, lembar kerja, dan profil desa. Rangkaian metodologi penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu 1). Survei pendahuluan ke lokasi areal hutan yang telah dan akan dijadikan ladang dengan tujuan memberikan gambaran awal dalam melakukan penelitian, 2). Pengumpulan data dilakukan dengan cara: Studi literatur mengenai materi yang terkait dengan tema penelitian yang dilaksanakan di IPB, 3). Penentuan responden yang terpilih sebanyak 30 orang, 4). Melakukan observasi lapang serta melakukan wawancara dengan para responden, 5). Data lainnya seperti : kondisi umum lokasi penelitian, data kejadian kebakaran untuk periode 5 tahun terakhir. Pengolahan datanya meliputi : 1). Identifikasi karakteristik peladang, 2). Identifikasi sistem perladangan, 3). Identifikasi tahapan pembukaan ladang, 4). Klasifikasi teknik pembakaran yang digunakan dalam penyiapan ladang yang digunakan dalam penyiapan ladang Sebaran umur peladang dimulai pada kisaran umur 20-29 tahun dengan persentase 3,3%. Sebagian besar pekerjaan sampingan responden yang merupakan keahlian mereka 4 adalah tukang batu dan tukang kayu (42,9%). Kegiatan berladang dilakukan hanya pada musim penghujan saja. Sistem perladangan yang dilakukan masyarakat Desa Lapodi merupakan sistem perladangan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kebutuhan primer, peladang hanya mengutamakan tanaman pangan dengan cara yang masih sederhana yang bergantung pada proses alam. Masyarakat Desa Lapodi berladang dilahan milik pribadi dan pengelolaan ladangnya tersebut dilakukan sendiri, status lahan garapan 100% merupakan milik pribadi. Kegiatan perladangan di Desa Lapodi dilakukan secara tradisional yaitu pembukaan lahan untuk keperluan perladangan secara menetap (peladang tetap). Luas ladang yang digarap oleh masyarakat Lapodi berkisar antara 0,5 hektar-2 hektar. Pembukaan ladang di Desa Lapodi saat ini dilakukan pada areal semak belukar (100%). Tahapan pembukaan ladang sebagai berikut : Pinanoi (Survei calon lokasi baru), Pitambori (Perintisan), Pikalio (Penebangan), Pipohai sau (Pengeringan bahan bakar), Hehae (Pembuatan sekat bakar), Sula'a (pembakaran), Pirampuni (pembakaran ulang), Picangko (pengolahan tanah), Cika'a (penanaman). Masyarakat Desa Lapodi melakukan pembakaran sekitar pukul 14.00-15.00. Teknik pembakaran yang digunakan sebagai berikut ). Pembakaran mengikuti arah angin, 2). Pembakaran melingkar, 3). Pembakaran melingkar berlawanan arah angin, 4). Kombinasi pembakaran searah angin dan pembakaran balik, 5). Pola pembakaran tumpukan. Kearifan lokal lainnya masyarakat di Desa Lapodi meliputi beberapa hal antara lain: sebelum pemilihan calon ladang para peladang melaksanakan ritual, sebelum penanaman dilakukan para peladang melakukan ritual khusus yang disebut (pisuka), dalam pembukaan lahan untuk perladangan para peladang hanya menggunakan alat-alat tradisional, peladang selalu bekerja secara bergotong royong (pikahamba) dalam kegiatan perladangan, pada saat panen peladang kembali melakukan ritual yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk menjaga kelestarian alamnya masyarakat Lapodi mengenal istilah kaombo.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePenggunaan Api Pada Masyarakat Adat Dalam Pembukaan Lahan Studi Kasus di Desa Lapodi Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggaraid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record