dc.description.abstract | Dewasa ini kondisi masa depan akan diwarnai tingkat
persaingan yang cukup ketat, maka untuk dapat memimpin
dalam persaingan tersebut haruslah mempunyai keunggulan
(faktor yang dominan) dalam hal .ini adalah proses
pengendalian persediaan bahan baku. Sehingga proses produksi
tidak terganggu dan diharapkan akhirnya produk
tersebut dapat dipasarkan tepat pada waktunya, disisi lain
sekaligus juga diupayakan penghematan atas biaya persediaan
bahan baku. Menyadari akan kondisi tersebut, maka
PT X Indonesia dalam rangka menjaga agar proses produksi
tidak terganggu dan sekaligus juga mengadakan penghematan
biaya persediaan bahan baku, maka dilakukan berbagai upaya
pengendalian bahan baku. Salah satu model yang digunakan
adalah forecasting kebutuhan bahan baku selama 6 bulan
kedepan yang diterapkan perusahaan secara hati-hati.
Dari hasil penelitian penulis, maka salah satu usulan
yang cukup menarik dalam upaya penghematan biaya persediaan
bahan baku adalah melalui model pendekatan
Economic Order Quantity (Jumlah Pemesanan yang Ekonomis/
EOQ). Model ini sangat penting bagi perusahaan mengingat
permasalahan yang timbul adalah pembelian persediaan bahan
baku selama ini dilakukan perusahaan terlalu berlebihan
sehingga tingginya biaya yang ditanggung oleh perusahaan.
Kelebihan dari model ini adalah diperhatikan berapa besar
biaya oppotunitas dari bahan baku dan gudang, biaya bunga
hutang serta biaya keusangan bahan baku.
Bila melihat kondisi yang ada diperusahaan, maka
model Economic Order Quantity (EOQ) sangat cocok sekali
diterapkan pada persediaan bahan bakunya karena kondisi
bahan baku seperti waktu tunggu (lead time), jumlah permintaan
dalam setahun dan harga bahan baku sesuai
dengan asumsi-asumsi yang melandasi model ini. Dari
hasil perhitungan, maka bila perusahaan menerapkan model
ini diharapkan akan ada penghematan biaya persediaan bahan
baku sebesar US$ 165,452 atau dengan kata lain bila
perusahaan tidak meperhatikan model ini maka tambahan biaya
persediaan bahan baku yang -harus ditanggung dibandingkan
dengan jumlah pembelian yang ekonomis sebesar 7,72 %.
Untuk mendukung penerapkan model ini, maka salah
satu cara yang sebaiknya dilakukan adalah dalam bentuk
kerjasama antara perusahaan dengan vendor (supplier)nya,
yaitu "consigment". Disamping kerjasama di atas, maka
kerjasama antar departemen dalam lingkungan perusahaan
harus tercipta, karena antara departemen yang satu dengan
yang lain saling berkaitan seperti; Departemen Pembelian
(Purchasing Departemnt) bertugas mengadakan kontrak
pembelian, Depelopment Departement bertugas meriset calon
vendor dan General Affair Director bertugas perijinan
dengan pemerintah setempat. | id |