Show simple item record

dc.contributor.advisorWahyudi, Iman
dc.contributor.authorGusti, Raden Esa Pangersa
dc.date.accessioned2023-09-15T01:12:40Z
dc.date.available2023-09-15T01:12:40Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/124779
dc.description.abstractBambu akhir-akhir ini mulai banyak menggantikan fungsi dan peranan kayu untuk beberapa keperluan. Namun karena tergolong kurang atau bahkan tidak awet sehingga rentan terhadap serangan organisme perusak khususnya bubuk kayu kering, masa pakai bambu relatif singkat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut biasanya bambu diawetkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Proses pengawetan yang biasa dilakukan adalah merendam bambu dalam sungai, lumpur atau dalam kolam. Sayangnya perendaman hanya cocok untuk beberapa jenis bambu sehingga perlu dilakukan tindakan pengawetan yang efektif, yang salah satunya adalah dengan metode Boucherie. Penelitian ini memfokuskan pada ketahanan bambu yang sudah diawetkan (bambu awetan) terhadap serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) karena penelitian sejenis masih jarang dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan awal sebelum bambu diawetkan, yaitu direndam dalam sungai dan tidak direndam (alami), perbedaan konsentrasi larutan bahan pengawet senyawa boron (Na2B8O13.4H2O), yaitu 0-, 2-, 4-, dan 6% terhadap penetrasi dan retensi bahan pengawet, beberapa sifat Bambu Tali (Gigantochloa apus (J. A. & J. H. Schultes) Kurz) awetan dan mortalitas rayap kayu kering Pada penelitian ini baik buluh bambu yang masih berdaun dan beranting (kondisi alami) maupun buluh bambu tanpa daun dan ranting yang telah direndam terlebih dahulu didalam air sungai, keduanya diawetkan. Posisi bambu saat diawetkan dalam keadaan tegak (vertikal). Setelah itu, bagian bambu yang dimasuki bahan pengawet dijadikan unit sampel untuk pengujian sifat fisis dan keampuhan bahan pengawet (efikasi). Efikasi dilakukan pada skala laboratorium selama 4 minggu. Parameter yang diamati adalah penetrasi dan retensi bahan pengawet, kadar air (KA), berat jenis (BJ), kerapatan, dan kehilangan berat bambu, serta mortalitas rayap. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai penetrasi dan retensi bahan pengawet bertutur-turut berkisar antara 40,64-110,56 cm dan 1,17-11,26 kg/m3. Penetrasi dan retensi tertinggi terdapat pada bambu yang tidak direndam (alami) tetapi diawetkan dengan konsentrasi 6%, sedangkan penetrasi dan retensi terendah pada bambu yang direndam dan diawetkan dengan konsentrasi 2%. KA bambu berkisar antara 11,41-13,60% dimana KA tertinggi terdapat pada bambu yang direndam dan diawetkan dengan konsentrasi 2%, dan KA terendah pada bambu yang tidak direndam (alami) tetapi diawetkan dengan konsentrasi 2%. BJ bambu berkisar antara 0,61-0,71. BJ tertinggi pada bambu yang tidak direndam tetapi diawetkan dengan konsentrasi 6%, dan BJ terendah pada bambu yang direndam dan diawetkan dengan konsentrasi 4%. Kerapatan bambu berkisar antara 0,69-0,80 g/cm3. Kerapatan tertinggi pada bambu yang tidak direndam tetapi diawetkan dengan konsentrasi 6%, sedangkan kerapatan terendah pada bambu yang tidak direndam dan tidak diawetkan serta pada bambu yang direndam dan diawetkan dengan konsentrasi 4%.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcForest Productsid
dc.titlePerlakuan awal pada bambu dan pengaruhnya terhadap sifat-sifat bambu awetanid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordGigantochola apusid
dc.subject.keywordPreservationid
dc.subject.keywordDry wood termiteid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record