Show simple item record

dc.contributor.advisorRahardjo, MF
dc.contributor.advisorSimanjuntak, Charles PH
dc.contributor.advisorDjumanto, Djumanto
dc.contributor.advisorKrismono, Krismono
dc.contributor.authorNur, Muhammad
dc.date.accessioned2023-08-28T06:44:08Z
dc.date.available2023-08-28T06:44:08Z
dc.date.issued2020-11-03
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/124390
dc.description.abstractIkan pirik (Lagusia micracanthus) merupakan ikan air tawar endemik Sulawesi. Spesies ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi oleh masyarakat lokal. Namun, keberadaan ikan pirik saat ini terancam dengan semakin menurunnya jumlah populasi pada habitatnya yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan habitat, penangkapan berlebih, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, alih fungsi riparian dan masuknya spesies ikan asing. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan tindakan konservasi agar keberadaan, ketersediaan dan pemanfaatannya tetap berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji secara mendalam ekologi dan biologi ikan pirik pada beberapa habitat di perairan sungai Sulawesi Selatan yang menjadi dasar dalam menentukan strategi konservasi ikan pirik. Penelitian ini dilakukan pada sungai-sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Maros dan DAS Walanae Cenranae, Provinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap bulan selama satu tahun dari Mei 2018 hingga April 2019. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Makro, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Perikanan Terpadu, Universitas Sulawesi Barat. Persebaran spasial ikan pirik pada sungai-sungai di DAS Maros terdiri atas empat stasiun yaitu M1 (S. Pattunuang), M2 (S. Bantimurung), M3 (S. Pucak), M4 (S. Batu Bassi) dan pada sungai-sungai di DAS Walanae Cenranae terdiri atas delapan stasiun yaitu W1 (S. Camba), W2 (S. Sanrego), W4 (S. Batu-Batu), W5 (S. Sawae), W6 (S. Pising), W7 (S. Mutiara), W8 (S. Assanae) dan W10 (S. Ompo). Persebaran temporal ikan pirik terdiri atas tiga kategori persebaran yaitu ikan pirik yang ditemukan pada semua musim, ikan pirik hanya ditemukan pada musim tertentu dan ikan pirik yang tidak ditemukan pada semua musim. Jumlah ikan pirik yang tertangkap dipengaruhi oleh karakteristik fisik kimiawi perairan yaitu kecerahan, oksigen terlarut dan arus. Ikan pirik di DAS Maros dan di DAS Walanae Cenranae merupakan dua kelompok populasi yang berbeda yang dicirikan oleh 12 karakter morfometrik yang berbeda yaitu TL (panjang total), SL (panjang baku), BDdSA (tinggi badan dari sirip punggung), HL (panjang kepala), Jlup (panjang rahang atas), PAfL (panjang sebelum sirip anal), ABL (panjang dasar sirip anal), PelRL (panjang sirip perut), AFRL (panjang jari-jari lemah sirip anal), CPL (panjang batang ekor), CLLup (panjang lobus ekor bagian atas) dan CLLmid (panjang tengah ekor). Pola pertumbuhan ikan pirik di beberapa sungai di DAS Maros adalah alometrik negatif dan di beberapa sungai di DAS Walanae Cenranae adalah alometrik negatif dan isometrik. Laju pertumbuhan (K) ikan pirik di beberapa sungai di DAS Maros dan DAS Walanae Cenranae tergolong sedang hingga cepat. Panjang maksimal yang dapat dicapai (L∞) dan faktor kondisi ikan pirik di beberapa sungai di DAS Maros lebih besar dibandingkan dengan ikan pirik di beberapa sungai di DAS Walanae Cenranae. Nisbah kelamin ikan pirik adalah seimbang. Ikan pirik memijah pada musim kemarau hingga awal musim penghujan. Ikan pirik di beberapa sungai di DAS Maros memiliki kisaran ukuran kali pertama matang gonad jantan 61,09-68,12 mm dan betina 64,37-71,02 mm. Fekunditas mutlak berkisar 995-1243 butir telur dan fekunditas relatif berkisar 188-232 butir/g bobot tubuh. Ikan pirik di DAS Walanae Cenranae memiliki kisaran ukuran kali pertama matang gonad pada ikan jantan 54,26-58,02 mm dan betina 57,46-63,22 mm. Fekunditas mutlak berkisar 638-1313 butir telur dan fekunditas relatif berkisar 163-168 butir/-g bobot tubuh. Ikan pirik termasuk kelompok pemijah bertahap dan dapat memijah beberapa kali sepanjang hidupnya (iteroparus). Ikan pirik memijah pada senja hingga malam hari dan dilakukan secara bergerombol. Komposisi jenis makanan ikan pirik terdiri atas larva insekta akuatik (Ephemeroptera, Trichoptera, Diptera, Lepidoptera, Hemiptera, Plecoptera, Coleoptera, dan Odonata), fraksi larva insekta akuatik, plankton (Bacillariophyceae dan Chlorophyceae) dan organisme tidak teridentifikasi. Komposisi organisme makanan ikan pirik berubah seiring bertambahnya ukuran tubuh ikan pirik. Ikan pirik aktif makan mulai dari pagi sampai sore hari dengan cara mematuk makanan yang melekat di bebatuan. Indeks Penting Relatif (IPR) larva insekta akuatik lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan pada musim penghujan. Berdasarkan jenis makanan yang dominan dikonsumsi maka ikan pirik digolongkan sebagai ikan pemakan makroinvertebrata. Kondisi habitat perairan di beberapa sungai di DAS Maros dan di beberapa sungai DAS Walanae Cenranae tergolong baik bagi kehidupan ikan pirik. Karakteristik habitat pemijahan ikan pirik berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang cukup kuat sementara habitat penetasan telur ikan pirik berada pada perairan yang dalam dengan arus yang lambat. Strategi konservasi berbasis ekobiologi ikan pirik yang dapat dilakukan antara lain penetapan daerah lindungan ikan pirik pada berbagai habitatnya seperti di S. Pattunuang, S. Bantimurung, S. Batu Puteh dan S. Ompo, pelarangan aktifitas penangkapan yang merusak, pembatasan waktu dan ukuran penangkapan, penetapan status perlindungan ikan pirik, penangkaran (konservasi ex situ), restorasi habitat, perlindungan habitat terhadap introduksi spesies asing dan pengenalan dan pelatihan konservasi ikan pirik.id
dc.description.abstractPirik fish (Lagusia micracanthus) is an endemic freshwater fish in Sulawesi and utilized by the local people as an edible fish. Nowadays pirik fish population, however, is threatened in its habitat due to various factors, i.e. habitat destruction, overfishing, use of non-environmentally friendly fishing gears, conversion of riparian functions, and introduction of the alien fish species. Due to these facts, conservation effort for pirik fish is needed to maintain its existence and sustainable use. The purpose of this research was to examine the ecology and biology of the fish in several habitats in the waters of the South Sulawesi rivers as the basis for determining pirik fish conservation strategies. This research was conducted in rivers of the Maros and Walanae Cenranae Watershed, South Sulawesi Province. Fish sampling was carried out monthly from May 2018 to April 2019. Fish sample analysis were conducted at the Macro Biology Laboratory, IPB University and the Integrated Fisheries Laboratory, Sulawesi Barat University. The spatial distribution of pirik fish in rivers of the Maros watershed consisted of four stations, namely M1 (Pattunuang River), M2 (Bantimurung River), M3 (Pucak River), M4 (Batu Bassi River), and in rivers of the Walanae Cenranae watershed enclosed of eight stations, namely W1 (Camba River), W2 (Sanrego River), W4 (Batu Puteh River), W5 (Sawae River), W6 (Pising River), W7 (Mutiara River), W8 (Assanae River) and W10 (Ompo River). The temporal distribution of pirik fish consisted of three distribution categories i.e, fish was found in all seasons, fish was only found in certain season, and fish was not found in all seasons. The abundance of pirik fish was affected by waters physicochemical conditions such as water clarity, dissolved oxygen and river current. Pirik fish in Maros and Walanae Cenranae watersheds were two different population groups characterized by 12 morphometric characters, namely TL (total length), SL (standard length), BDdSA (body depth-dorsal fin origin), HL (head length), Jlup (upper-jaw length), PAfL (pre-anal fin length), ABL (Anal fin base length), PelRL (pelvic ray length), AFRL (anal fin ray length), CPL (caudal peduncle length), CLLup (upper caudal lobe length) and CLLmid (mid-caudal length). The growth type of pirik fish in several rivers in the Maros watershed was negative allometric, whereas in rivers of the Walanae Cenranae watershed were negative allometric and isometric. The growth rate (K) of pirik fish in several rivers in the Maros watershed were classified as medium and fast. The maximum attainable length (L∞) and condition factor of pirik fish in several rivers of the Maros watershed were more significant than that of pirik fish in several rivers of the Walanae Cenranae watershed. The sex ratio of pirik fish was balanced. Pirik fish spawn in the dry season to onset of the rainy season. Length at first maturity of pirik fish in several rivers of the Maros watershed ranged from 61.09 to 68.12 mm and 64.37 to 71.02 mm for male and female respectively. Fish fecundity ranged from 995-1243 oocytes, while relative fecundity ranged from 188- 232 oocytes/g body weight. In the rivers of the Walanae Cenranae watershed, length at first maturity of pirik fish ranged from 54.26-58.02 mm and 57.46-63.22 mm for male and female, respectively. Fecundity ranged from 638-1313 oocytes and relative fecundity ranged from 163-168 oocytes/g body weight. Pirik fish is categorized as a partially spawner and iteroparous species. Pirik fish spawn in aggregation and the spawning time occurred at sunset until night. Fish food composition consisted of larvae of aquatic insects (Ephemeroptera, Trichoptera, Diptera, Lepidoptera, Hemiptera, Plecoptera, Coleoptera, and Odonata), a fraction larvae of aquatic insects, plankton (Baccillariophyceae and Chlorophyceae), and unidentified organisms. The diet composition of pirik fish was change with the increasing of body size (ontogenetic). Fish feeding activity occurred in day time by pecking the food stuck at the rocks. The Index of Relative Importance (IRI) for insects was higher in the dry season than in the rainy season. Based on the most food item consumed by pirik fish, this species is classified as macroinvertebrate feeder. Habitat conditions in several rivers of the Maros watershed and some rivers of the Walanae Cenranae watershed were suitable to support pirik fish life cycle. Suitable habitat for spawning area is shallow waters with a relatively strong current. After spawned, eggs will be drifted by river current to the deeper part of the river with slow current. Then, pirik eggs will hatching in this location. Conservation strategies based on the ecobiology of pirik fish can be carried out i.e., physical habitat protection by determination of protected areas or nature reserve, prohibition of destructive fishing activities, regulation of fishing gear, fishing time, and closure of certain fishing areas, classification of protected fish as protected species, captivity or ex situ conservation, restoration of damaged habitats, habitat protection against introduction of invasive species and training of pirik fish conservation.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleKonservasi Ikan Endemik Pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) Berbasis Ekobiologi di Perairan Sungai Provinsi Sulawesi Selatanid
dc.title.alternativeConservation of Endemic Pirik Fish (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) Based on Ecobiology in River Waters, South Sulawesi Provinceid
dc.title.alternativeKonservasi Ikan Endemik Pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) Berbasis Ekobiologi di Perairan Sungai Provinsi Sulawesi Selatanid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordikan endemik sulawesiid
dc.subject.keywordpirikid
dc.subject.keywordlagusiaid
dc.subject.keywordkonservasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record