dc.description.abstract | Apabila pengusahaan hutan dilaksanakan dengan baik
dan benar maka akan diperoleh nilai hutan yang tinggi,
dengan mengarah kepada kelestarian hasil dan kelestarian
hutan sehingga tercapai keuntungan yang maksimum.
Dengan demikian pengusaha lebih berpeluang untuk
mengintensifkan masukan silvikultur dalam memacu
pertumbuhan pohon dan meningkatkan kualitas kayu, untuk
tujuan penghara industri maupun keperluan lainnya.
Tujuan peneli tian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran mengenai pelaksanaan sistem silvikultur TPTI
di hutan rawa; perubahan struktur tegakan akibat pembalakan
serta mengetahui apakah pad a diameter tebang
50 cm ke atas sudah mendapatkan keuntungan finansial.
Metoda penelitian ini merupakan metoda survai,
dengan mencari data langsung di lapangan (data primer)
dan data dari acuan lainnya (data sekunder).
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
sistem silvikultur tebang pilih tanam indonesia
(TPTI), khususnya untuk pelaksanaan inventarisasi
tegakan sebelum penebangan (ITSP), pembalakan (meliputi
penebangan pohon, penyaradan dan pengangkutan) serta
inventarisasi tegakan tinggal (ITT), belum sepenuhnya
dilaksanakan. Tingkat perubahan struktur _ tegakan
akibat pembalakan dari virgin forest (Et-1) kepada
areal satu tahun setelah tebangan (Et+l) dan kepada
lima tahun setelah tebangan (Et+5) terdapat kenaikan
jumlah individu tingkat semai dan pohon, kecuali pada
diameter 30 cm - 39 cm, dan terjadi penurunan jumlah
individu pada tingkat tiang. Apabila perusahaan masih
tetap dii jinkan melaksanakan penebangan pada limit
diameter 50 cm ke atas, maka perusahaan masih memperoleh
keuntungan sebesar Rp. 1.450.539,-/ha. | id |