dc.description.abstract | Peningkatan produksi hasil-hasil pertanian dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu intensifikasi, diversifikasi,
ekstensifikasi dan rehabilitasi. Diversifikasi dalam arti luas
merupakan salah satu upaya untuk memperluas cakrawala pembangunan
pertanian yang meliputi: teknologi, sumberdaya, wilayah,
komoditas, modal, energi, usahatani dan menu. Sedangkan dalam
arti sempit diversifikasi merupakan usaha penganekaragaman
usahatani. Selama PJPT I, sektor pertanian telah berhasil
mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu empat persen
per tahun. Pertumbuhan tersebut telah berhasil memperkecil kemiskinan
absolut di pedesaan dari 40,4 persen pada tahun 1976
menjadi 14,3 persen pada tahun 1990. Sejalan dengan hal tersebut,
maka pemenuhan kebutuhan pangan semakin meningkat baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini harus diikuti pula dengan
peningkatan penyediaan pangan dari berbagai sumber untuk
pemenuhan kebutuhan energi dan protein bagi masyarakat.
Petani sebagai salah satu subyek penyedia pangan, baik yang
bersumber dari tanaman pangan maupun dari ternak dalam
melaksanakan fungsinya menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan
yang harus dapat diatasinya. Kendala yang terdapat di
tingkat petani pada umumnya adalah sempitnya lahan, kelangkaan
modal, dan tenaga kerja yang kurang terampil. Sementara itu untuk
melaksanakan usahatani diperlukan kemampuan petani baik dalam hal
mengelola sumberdaya maupun dalam hal membuat keputusan. Sebagian
dari petani-petani tersebut adalah petani semi arid di Pulau
Timer wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Petani di NTT khususnya, selain dihadapkan pada masalah di
atas juga dihadapkan pada kondisi iklim yang semi arid. Kondisi
ini ditandai dengan musim hujan yang relatif pendek yaitu tiga
sampai empat bulan basah dan musim kemarau yang relatif panjang
yaitu delapan sampai sembilan bulan kering serta penyebaran hujan
yang tidak merata. Hal lain yang dihadapi yaitu kondisi tanah .di
Pulau Timar yang umumnya terbentuk dari bahan endapan yanp lebih
banyak mengandung unsur basa, sehingga memiliki sifat fisik dan
drainase buruk serta kurang stabil di bawah pengaruh gaya air.
Sebagai akibatnya tanah tersebut mudah dihanyutkan dalam bentuk
erosi ataupun longsor.
Petani semi arid di NTT umumnya belum memperhatikan caracara
bertani dengan konservasi tanah secara baik. Oleh karena itu
sangat diperlukan informasi mengenai pengaturan ataupun pemilihan
pola tanam dari usahatani yang ada dengan mempertimbangkan
konservasi lahan dan peningkatan pendapatan petani.
Penelitian ini bertujuan untuk Pertama, merumuskan
berbagai pola usahatani semi arid yang optimal dimana selain
meningkatkan pendapatan petani juga tetap memperhatikan
konservasi lahan usaha dan Kedua, mengetahui kendala yang
dihadapi petani semi arid NTT. | id |