dc.description.abstract | Bawang Merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki
nilai ekonomi tinggi di Indonesia karena budidaya bawang merah menjadi sumber
penghasilan utama bagi usahatani di daerah pertanian. Hal ini didukung dengan
infrastruktur pasar yang bagus dan tingginya permintaan konsumen. Permintaan
yang tinggi dan produksi yang fluktuatif membuat bawang merah menjadi
penyumbang inflasi nasional. Tingginya biaya pengadaan benih dan masalah
degeneratif pada tanaman menjadi masalah yang menghadmbat produktivitas
budidaya. Ketahanan suplai bawang merah di Indonesia menjadi krusial mengingat
pengaruhnya terhadap harga-harga bahan pangan secara umum. Oleh sebab itu,
pemerintah memperkenalkan benih biji bawang merah (true shallot seed) sebagai
upaya meningkatkan produktivitas dengan biaya produksi rendah. Namun,
kerumitan proses budidaya TSS juga menimbulkan biaya tambahan lainnya.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisisensi pendapatan
antara usahatani yang menggunakan TSS dengan umbi konvensional.
Model translog-stochastic profit frontier dan efek inefisiensi digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi keuntungan di antara kedua kelompok usahatani.
Penelitian dilakukan di 3 wilayah (Kabupaten) yaitu, Grobogan, Brebes dan
Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek inefisiensi yang berpengaruh
nyata pada keuntungan kedua jenis usahatani. Namun, usahatani dengan benih umbi
memiliki tingkat efisiensi keuntungan rata-rata 66%, lebih tinggi dari usahatani
TSS, dengan efisiensi keuntungan hanya 60%. Usahatani yang menerapkan TSS
lebih banyak mengalami kerugian dibandingkan usahatani dengan umbi. Hal ini
disebabkan karena banyak kegagalan petani pada tahap pembibitan dan
pemindahan tanaman serta terdapat pembedaan harga jual terhadap hasil panen
tanaman TSS yang menurunkan tingkat keuntungan maksimum usahatani TSS.
Adapun untuk perbedaan tingkat efisiensi keuntungan di antara usahatani, secara
signifikan dipengaruhi oleh faktor usia, lama pengalaman bertani, lama pendidikan,
status kepemilikan lahan budidaya. | id |